Saat itu juga para serdadu AS bisa membuat foto sebanyak mungkin, berkat sumbangan 40.000 kamera sekali pakai dari Kodak, 500 kamera langsung jadi dan 25.000 film Polaroid yang dikhususkan untuk mengambil kejadian-kejadian istimewa disana.
Bahkan untuk pembuatan film Salam dari garis depan, Perusahaan Montgomery Ward Videorecorder & Kamera mengeluarkan biaya 2 juta dolar AS.
Hadiah yang ditunggu-tunggu dan diterima dengan tepuk tangan riuh serdadu di garis depan, berupa sumbangan alat komputer Atari dengan 60 sistem permainan.
Sebaliknya, mereka memandangi peti-peti kemas yang isinya seakan ingin mengubah padang pasir menjadi salon kecantikan, yaitu sumbangan 20 ton sabun dan pasta gigi, ditambah 5 truk pisau cukur beserta lotion, 448 peti Baby Fresh, pembersih seperti pelembut kulit Skinso-soft, tak lupa juga parfum khusus bagi serdadu.
Perusahaan shampoo Hair Farming bahkan tak lupa menyertakan brosur informasi dengan petunjuk bagaimana mencegah kerontokan rambut akibat sengatan matahari yang hebat.
Arus barang membanjiri para serdadu yang 50% terdiri atas orang kulit hitam itu.
Mereka kebanyakan berasal dari lapisan masyarakat miskin di AS dan tiba-tiba dilimpahi benda-benda tadi, ini benar-benar suatu pengalaman aneh.
"Habis, di sini keperluan bernilai jutaan dolar datang dengan begitu cepat," komentar Sersan Chet Marcus.
Hiburan di padang pasir
Anggota pasukan di padang pasir itu tentu tidak hanya memerlukan makanan dan minuman segar atau alat pembersih tubuh saja, tapi mereka juga harus diberi kesenangan.
"Memelihara pasukan atau mengadakan bisnis pertunjukan di garis depan, sejak dulu juga merupakan salah satu program dalam Angkatan Perang AS.
Dalam PD II saja Glenn Miller dan Marlene Dietrich tampil untuk menghibur tentara-tentara itu. Dalam Perang Korea, Marilyn Monroe dan Jane Russel pun dikirim.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR