Advertorial
Intisari-Online.com - Perkembangan perang urat saraf antara Korut dan AS dalam wujud “perang kata-kata diplomatik” antara pemimpin Korut Kim Jong Un serta Presiden AS Donald Trump tampaknya sudah mencapai puncaknya.
Korut sudah memutuskan untuk tidak akan melakukan pembicaraan secara diplomatik terkait kelanjutan program nuklirya dengan AS dan akan terus memproduksi rudal balistik yang bisa dimuati hulu ledak nuklir untuk selanjutnya diluncurkan ke daratan AS.
Tekad bulat Korut untuk menyerang AS begitu rudal nuklir yang sedang digarap siap diluncurkan disampaikan langsung oleh Direktur Jenderal Kementerian Luar Negeri Korut, Choe Son Hui, Jumat (20/10/2017).
“Pada prinsipnya kami siap menyerang jika diserang,” papar Choe Sun Hui kepada cnn.com.
Choe Son bahkan menyebutkan bahwa target AS yang akan digempur rudal nuklir Korut adalah kota-kota seperti Chicago atau Denver.
Keputusan Korut yang tidak maui lagi berunding dengan AS itu memang membuat posisi AS berada dalam satu pilihan sulit, yakni menyerang atau diserang.
Situasi kritis karena AS sudah dalam kondisi “selangkah lagi akan diserang Korut” itu diakui sendiri oleh Direktur CIA, Mike Pompeo, yang kemudian memberikan masukan ke Presiden Donald Trump untuk segera mengambil tindakan nyata.
Penasehat Presiden Trump untuk Keamanan Nasional, HR McMaster bahkan sudah menyatakan bahwa tidak ada negara manapun yang bisa mengancam AS dengan serangan nuklir.
(Baca juga: Korut Kembali Ancam Menyerang, Donald Trump pun Diperingatkan CIA untuk ‘Jaga Mulut’)
(Baca juga: Korut: Kalau AS Berani Menyerbu Wilayah Suci Kami Bahkan Satu Inchi Saja, Maka…)
Ketika negara itu telah diperingatkan untuk menghentikan ancamannya tetapi tidak mau, maka pemerintah AS pun akan melakukan tindakan tegas menggunakan serangan militer “yang cepat dan sangat mematikan”.
Jika Presiden Trump kemudian mengambil tindakan nyata berdasar masukan dari Dierektur CIA dan McMaster, Perang Korea Kedua yang bisa memicu Perang Dunia III, tampaknya memang tidak bisa dielakkan lagi.