Advertorial
Intisari-Online.com - Hingga hari ini Presiden AS Donald Trump masih disibukkan oleh masalah nuklir Korut dan Iran sehingga warga California Utara yang masih dilanda kebakaran hebat menuduh Presiden Trump telah melupakannya.
Lebih dari 40 orang telah tewas akibat kebakaran di California, puluhan ribu rumah penduduk hancur, dan pihak pemadam kebakaran AS makin kewalahan menghadapi bencana kebakaran yang belum bisa dihentikan itu.
Warga California Utara memang pantas kecewa karena Presiden Trump belum melakukan tindakan yang cepat demi mengatasi bencana kebakaran yang seharusnya menjadi bencana alam nasional itu.
Twiter yang memuat pernyataan empati Presiden Trump terhadap korban kebakaran juga belum ada, padahal bencana alam di California sama parahnya dengan bencana alam akibat amukan badai Harvey dan Irma yang telah melanda Texas, Florida, Puerto Rico, serta Virgin Island.
Presiden Trump memang tengah dipusingkan dengan masalah program nuklir Korut dan Iran.
(Baca juga: Hubungan Korut-AS yang Kian Menegang Ternyata Membuat Donald Trump Makin Senang)
(Baca juga: Donald Trump Sering Berkomentar Konyol: Apakah karena Lemah dalam Pemahaman Militer dan Politik Internasional?)
Jika dengan Korut , Presiden Trump hanya memiliki dua pilihan, yakni mengawal sangsi eknomi yang telah diterapkan PBB kepada Korut atau siap berperang melawan Korut.
Meski dalam peperangan melawan Korut baik menang maupun kalah, AS tetap akan mengalami kerugian besar.
Sementara dengan Iran, Presiden Trump justru membuat blunder karena ingin sama sekali menghentikan program nuklir Iran.
Padahal pada tahun 2015, AS, Rusia, Perancis, dan sejumlah negara lainnya telah sepakat menandatangani perjanjian bahwa Iran diizinkan melanjutkan program nuklirnya demi kepentingan industri dan bukan untuk persenjataan.
Keinginan Presiden Trump menghentikan program nuklir Iran akhirnya membuat AS dan sejumlah negara yang telah menandatangani kesepakatan program nuklir Iran pada tahun 2015 memicu masalah baru.
AS menjadi makin “bermusuhan” dengan negara-negara yang telah menyepakati penandatanganan nuklir Iran dan menyatakan tidak setuju dengan ulah Presiden Trump yang secara sepihak ingin meghentikan program nuklir Iran.
Iran memag tetap ingin melanjutkan program nuklirnya sesuai kesepakatan tahun 2015, meskipun Presiden Trump berusaha keras menghentikannya.
Sikap Iran yang ngotot untuk tetap menjalankan program nuklirnya demi kepentingan industri itu membuat curiga AS karena pada saat yang sama Iran juga mengembangkan teknologi rudal balistiknya dan ada kemungkinan bisa dimuati hulu ledak nuklir.
(Baca juga: Dianggap Gagal Membagikan Informasi Seputar Terorisme, Penduduk Negera Ini Dilarang Trump Masuk ke Amerika)
(Baca juga: Berkebalikan dengan Donald Trump, CIA Sebut Kim Jong-un sebagai Presiden yang Waras)
Maka dengan kengototan seperti itu, masalah Iran pun telah menjadi “Korut yang kedua” bagi Presiden Trump, terkait Iran yang bersikeras keras melanjutnya program nuklirnya.
Maka seperti orang berkelahi, ketika Presiden Trump sedang sibuk melayani jurus-jurus yang dilancarkan Korut, tiba-tiba datang musuh baru dari Iran.
Dengan kondisi seperti itu, maka Presiden Trump yang telah menyatakan “angkat tangan” untuk menangani bencana akibat amukan badai di Puerto Rico, memang sudah tidak memiliki energi lagi untuk memberikan perhatian terhadap bencana alam kebakaran hutan yang masih melanda kawasan California Utara.