Toh, ia masih bisa bertahan hidup. "Kalau tidak merokok pun katanya saya akan mati pada usia sekitar 35 tahun. Nyatanya saya terhindar dari nujum tersebut."
(Baca juga: Alasan Wanita Menjadi Biseksual)
Dalam kehidupannya kemudian, ia seperti melakukan pembenaran atas apa yang diyakininya. Paling tidak, ia bisa menikmati hidup jauh lebih lama dari perkiraan dokter.
Bahkan lantas menjalani kehidupan ini secara total, seperti caranya mencipta karya musik dan memimpin orkestra. Kerja keras dan bakat musiknya yang luar biasa menjadikan ia terkenal hampir dalam lima dekade.
Ia juga seorang eksentrik. Saat gladi resik misalnya, ia sering memimpin orkestra sambil merokok. Kalau sudah demikian yang terlihat hanya tongkat konduktornya berkilat-kilat terayun di tengah kepulan asap rokokhya.
Gerakan tangannya terasa menyihir dan memberi kesan magis. Kadang ia seperti in trance.
Tubuhnya terguncang, nyaris jatuh ke lantai karena penjiwaan yang kuat pada karya yang sedang dimainkannya.
Itu sebabnya, banyak orang menyebut pergelaran musiknya seperti ritus religius yang semarak.
Beberapa kritikus mengharapkan Bernstein lebih berkonsentrasi sebagai konduktor, sementara yang lain memintanya untuk mencipta dan menulis karya-karya musiknya sendiri.
Anehnya, Bernstein melakukan keduanya tanpa pengaruh siapa pun. la terus bekerja keras untuk memenuhi tuntutan bakatnya yang melimpah ruah dan mengisi jiwanya yang meledak=-ledak.
Tak jarang ia hanya tidur dua, tiga jam semalam, kalau desakan niatnya membuat sebuah komposisi tak bisa dibendung lagi.
Kebetulan ada piano titipan
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR