Lebih dari 50 tahun sejak Daendels meneruskan pembangunan jalan pos darat Anyer- Panarukan, Baron van Imhoff yang pendiri Istana Buitenzorg (Bogor), sudah menyelenggarakan jasa pengiriman pos, baik via angkatan kapal layar laut dari Belanda vice-versa, kiriman pos laut antarpulau di Hindia Belanda, maupun kiriman pos darat antar-beberapa kota besar di Jawa.
VOC pun punya karyawan dinas pos dengan sebutan postmeester yang dibantu dua orang kerani atau klerk yang disumpah.
Maklum, dinas pos "taoen doea" itu khusus mengangkut dan mengirimkan dokumen penting negara, termasuk uang kontan gaji karyawan.
(Baca juga: Lukisan Awal Keraton Ngayogyakarta dari Zaman VOC: Siapakah Sosok dalam Lukisan Itu?)
Sebuah dokumen menuturkan peristiwa 15 Maret 1789, tentang adanya hadiah 500 ringgit atau rijksdalder, thaler atau dollar, bagi siapa saja yang mampu menangkap pembunuh karyawan pos di Cirebon.
Seiring jatuhnya Kompeni pada 1799, bersamaan dengan pencabutan "hak oktroinya" sebagai pengusaha di Hindia Timur Belanda, sejak zaman Daendels dan seterusnya, pelayanan dan pemilikan kantor pos berada di tangan pemerintah.
Termasuk hak dan kewajiban pemerintah kolonial Belanda memeriksa dan menyensor surat dan segala isi kiriman lainnya.
Sayangnya, semenjak Daendels menyempurnakan jalur antarkota dan membangun jembatan yang khusus dilalui kendaraan angkutan, berlaku juga pajak "jalan tol" yang diberikan konsesinya ke pengusaha swasta.
Untuk kelancaran dan keamanan, dibangun pondokan untuk petugas keamanan pos, sekaligus pangkalan untuk menggilirkan kuda-kuda segar pengganti kuda hela sebelumnya.
Sistem penggantian dengan pos kuda, di beberapa daerah masih berbekas toponim dengan sebutan pos pengomben atau pos perhentian untuk kuda minum dan istirahat, atau ganti kuda segar baru.
Dengan cara begini, Daendels berusaha meraih cita-citanya menciptakan jalur ekspres atau jalur transportasi cepat untuk penyampaian informasi dari si pengirim ke si penerima, sejalan strategi militernya.
Daendels pun memikirkan servis buat pengguna jalan. Misalnya mengeraskan jalan raya dengan batuan kerikil agar roda tinggi kereta, cikar, dan pedati tidak mudah terperosok ke dalam lumpur.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR