“Misalnya, seseorang mengatakan bahwa dia merasa otaknya telah ‘defragged’ seperti hard drive komputer dan yang lainnya mengatakan dia merasa ‘reboot’.”
Psilocybin mungkin memberi orang-orang ini ‘tendangan awal’ di saat mereka membutuhkan untuk keluar dari keadaan depresi.
Sehingga mereka menganalogikannya dengan ‘reset’ atau artinya ‘mengatur ulang’.
Tim melakukan pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI) pada 16 dari 29 pasien, baik sebelum dan sesudah perawatan.
Pemindaian menunjukkan bahwa adanya penurunan aliran darah serebral ke arah korteks temproral, khususnya amigdala.
Penurunan aliran darah ke amigdala ini terkait dengan penurunan gejala depresi. MRI juga menunjukkan peningkatan stabilitas di jaringan otak lain yang terkait dengan depresi.
(Baca juga: Dibanding Jantung dan Kanker, Kesalahan Medis Lebih Sering Sebabkan Kematian Pasien)
“Dengan data ini, kami dapat menyediakan sebuah jalan bahwa dengan pengobatan psilocybin bisa membantu otak pasien dengan deprei kronis,” terang Dr. Carhart-Harris.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR