Mengenal Jamur Pencabut Nyawa

Bimo Wijoseno

Editor

Mengenal Jamur Pencabut Nyawa
Mengenal Jamur Pencabut Nyawa

Bagaimana cara membedakan jamur layak makan dan jamur mematikan?

Apakah bentuk, warna, atau tempat tumbuhnya dapat dijadikan acuan untuk menentukan suatu jenis jamur beracun atau tidak? Jawabnya, ya. Meski harus diakui, sampai saat ini, melihat dari sisi penampilan saja belum cukup, apalagi jika dijadikan acuan untuk membedakan tingkat keamanan sebuah jamur. Cara ini juga tidak dapat menjadi pedoman yang harus dipercaya 100%, ketika kita menemukan jamur jenis baru di pekarangan atau saat berkemah di tengah hutan, misalnya.

Namun setidaknya, masih ada filter yang dapat mencegah masuknya racun jamur ke dalam perut. Dari beberapa panduan sederhana yang biasa digunakan oleh para penjelajah hutan, misalnya, atau adopsi dari mata ajaran survival para calon prajurit pasukan elite di luar maupun dalam negeri, terungkap adanya beberapa pedoman yang dapat dijadikan bekal dalam menghadapi racun jamur. Menurut “mata pelajaran” itu, jenis jamur beracun pada umumnya memiliki warna cukup mencolok mata. Misalnya, merah darah, hitam, cokelat, hijau tua, biru tua, dan sejenisnya. Sebaliknya, menurut teori ini, jamur-jamur berwarna terang tergolong ke dalam kelompok yang dapat dimakan.

Namun, menurut H. Unus Suriawiria, Guru Besar Bioteknologi dan Agroindustri,teori warna ini juga ada pengecualiannya. Sepanjang pengetahuan para ahli, jamur shiitake ternyata tidak mengandung racun, padahal ia berwarna cokelat. Begitu juga dengan sejumlah jamur berkulit terang, di kemudian hari ternyata diketahui mengandung racun.

Jamur beracun biasanya juga memiliki ciri lain, yaitu berbau busuk akibat senyawa sulfida di dalamnya. Jamur beracun juga mengandung senyawa sianida yang membuat beragam serangga atau binatang kecil lainnya kalau bisa jangan menclok di situ. Gampangnya, kalau lalat dan kawan-kawannya saja menjauh, masak kita mau mendekat, bahkan mengolahnya menjadi santapan makan malam? Ciri lainnya, jika jamur beracun dikerat, kemudian dilekatkan dengan benda yang terbuat dari perak asli (pisau, sendok, garpu, atau cincin), pada permukaan benda-benda itu akan muncul warna hitam (karena sulfida) atau kebiruan (karena sianida). Cara ini lumayan efektif jika kita cuma punya sedikit waktu untuk menentukan suatu jamur beracun atau tidak saat sedang berkemah atau mendaki gunung, misalnya.

Namun, kalau punya waktu panjang dan mau sedikit repot, tips turun-temurun dari sejumlah desa di Nusantara ini layak dicoba. Untuk memastikan ada tidaknya racun, kita masak atau pepes saja jamur yang dicurigai bersama nasi putih. Jika warna nasi berubah menjadi cokelat, kuning, merah, atau hitam, besar kemungkinannya jamur itu beracun. Keruan, bukan cuma jamurnya yang harus dihindari, nasinya pun tak boleh disantap lagi.