Advertorial

Kabar Bahagian untuk Dunia Medis, Senyawa Jamur Ajaib Ini Bisa untuk Mereset Otak Penderita Depresi

Moh Habib Asyhad

Editor

Setiap pasien menunjukkan gejala depresi yang kurang pada satu minggu pasca pengobatan.
Setiap pasien menunjukkan gejala depresi yang kurang pada satu minggu pasca pengobatan.

Intisari-Online.com – Depresi juga sebuah penyakit. Namun perawatannya berbeda dengan penyakit lainnya.

Malah tergolong lebih sulit karena berhubungan dengan kondisi psikologis seseorang.

Namun kini psikolog bisa bernapas lega. Ada sebuah penelitian yang mengatakan bahwa ada obat untuk mengobati depresi.

(Baca juga:Tapak Dara, Keluarga Kamboja yang Punya Senyawa Sakti Penumpas Kanker Payudara Seharga Rp1,3 Triliun)

Apa itu?

Dilansir dari iflscience.com, peneliti dari Imperial College London telah menemukan bukti yang menunjukkan bahwa psilocybin, senyawa psikoaktif jamur ajaib, mungkin berguna dalam mengobati depresi.

Penelitian yang dipublikasikan di Scientific Reports ini memusatkan perhatian pada 19 pasien, semuanya mengalami depresi yang tahan terhadap pengobatan.

Setiap pasien menunjukkan gejala depresi yang kurang pada satu minggu pasca pengobatan.

“Kami telah menunjukkan untuk pertama kalinya perubahan yang jelas dalam aktivitas otak orang-orang depresi yang diobati dengan psilocybin setelah gagal menanggapi perawatan konvensional,” kata penlis utama Dr. Robin Carhart-Harris.

Pasien dalam penelitian ini diberi dua dosis psilocybin. Dosis pertama 10 mg diberikan segera dan dosis kedua 25 mg diberikan seminggu setelah yang pertama.

(Baca juga:Kabar Bahagia Bagi Dunia Medis, Ternyata Jamur yang Tumbuh di Danau Bekas Tambang Bisa Jadi Antibiotik Baru)

Pasien juga melaporkan bagaimana perasaan mereka dengan melengkapi kuisioner klinis.

“Beberapa pasien kami menggambarkan perasaan “reset” setelah perawatan dan sering menggunakan analogi komputer.”

“Misalnya, seseorang mengatakan bahwa dia merasa otaknya telah ‘defragged’ seperti hard drive komputer dan yang lainnya mengatakan dia merasa ‘reboot’.”

Psilocybin mungkin memberi orang-orang ini ‘tendangan awal’ di saat mereka membutuhkan untuk keluar dari keadaan depresi.

Sehingga mereka menganalogikannya dengan ‘reset’ atau artinya ‘mengatur ulang’.

Tim melakukan pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI) pada 16 dari 29 pasien, baik sebelum dan sesudah perawatan.

Pemindaian menunjukkan bahwa adanya penurunan aliran darah serebral ke arah korteks temproral, khususnya amigdala.

Penurunan aliran darah ke amigdala ini terkait dengan penurunan gejala depresi. MRI juga menunjukkan peningkatan stabilitas di jaringan otak lain yang terkait dengan depresi.

(Baca juga:Dibanding Jantung dan Kanker, Kesalahan Medis Lebih Sering Sebabkan Kematian Pasien)

“Dengan data ini, kami dapat menyediakan sebuah jalan bahwa dengan pengobatan psilocybin bisa membantu otak pasien dengan deprei kronis,” terang Dr. Carhart-Harris.

Artikel Terkait