Advertorial

Duh, Semakin Hari, Semakin Banyak Bayi yang Terlahir Sebagai ‘Pecandu’. Ibu Bertanggung Jawab

Ade Sulaeman

Editor

Intisari-Online.com – Beberapa perawat membungkus kaki bayi Jayden, bayi laki-laki berusia satu bulan.

Kaki mungilnya bergetar, mengelupas, serta tangannya mengepal.

Bayi Jayden adalah korban terkecil dari epidemi opioid, yang lahir dengan sindrom abstinensi neonatal (NAS), satu set gejala yang dialami oleh bayi yang terpapar obat-obatan di rahim.

Menurut Dr. Shawn Hollinger, neonatologist di Niswonger Children’s Hospital, bayi Jayden bisa pulang ke rumah setelah 35 hari berada di unit perawatan intensif neonatal.

Bayi Jayden bukanlah satu-satunya anak yang membutuhkan perawatan karena masalah ini.

Sejak 2009, staf rumah sakit telah merawat lebih dari 1.800 bayi dengan NAS dan dalam 12 bulan terakhir, Dr. Hollinger merawat 351 bayi dengan NAS di NICU.

Sebuah analisis baru-baru ini oleh Centers for Disease Control memperkirakan bahwa hampir enam dari setiap 1.000 bayi yang lahir di AS, didiagnosis dengan NAS.

Namun para ahli mengatakan bahwa tingkat kemungkinan lebih tinggi, karena tidak semua data terkumpul secara teratur.

Epidemi opioid atau kecanduan opioid adalah peningkatan penggunaan obat-obatan opioid di Amerika Serikat dan Kanada.

Dan sebagian besar pengguna opioid adalah wanita subur dan wanita hamil di daerah pedesaan.

Jumlah wanita hamil di negara bagian yang menggunakan opioid lebih dua kali lipat.

Akibatnya, setelah melahirkan, anak-anak terpapar obat di rahim.

Secara nasional, tingkat anak-anak Amerika yang lahir dengan NAS telah meningkat empat kali lipat dalam 15 tahun terakhir.

Bayi dengan NAS mengalami banyak gejala, seperti tremor dan kejang.

Bahkan beberapa anak masih harus diobati dengan pengobatan dan terapi fisik.

Biaya bisa mencapai 60.000 US Dollar (Rp809 juta) untuk merawat satu bayi.

Tidak hanya itu, efek jangka panjang dari NAS adalah anak mungkin mengalami keterlambatan perkembangan atau masalah perhatian di kemudian hari.

“Ketika saya melihat bayi dalam kondisi ini, reaksi alami saya adalah ‘bagaimana ibunya bisa membiarkan ini terjadi?’ atau ‘bagaimana dia bisa melahirkan bayinya?’,” kata Dr. Hollinger dilansir today.com.

“Saya ingin ibu mereka dimintai pertanggungjawaban.”

Artikel Terkait