Berkat kemampuanya itu, oleh komandan divisinya, Letjen Julian J Ewell, Waldron dipercaya untuk melatih para calon sniper yang berlatih di 9th Infantry Sniper School.
Sebelum diterjunkan ke Vietnam, personel pasukan 9th Infantry Division telah dilatih secara khusus untuk terjun ke palagan Vietnam khususnya di Delta Mekong.
Tugas utama pasukan yang baru diaktifkan sejak PD II itu adalah mencegah penyusupan pasukan Vietnam Utara lewat aliran sungai.
Untuk mendukung operasional 9th Infantry yang bergerak di sungai Mekong kekuatannya terbagi ke dalam sejumlah unit Mobile Riverine Force (MRF).
Markas dan barak 9th Infantry pun merupakan bangunan terapung di atas sungai dan sewaktu melaksanakan misi tempur ke daratan, pasukan diangkut menggunakan kapal-kapal khusus Armoured Troop Carrier (ATCS).
Untuk melancarkan misi tempurnya, 9th Infantry juga bekerja sama dengan US Navy Task Force 117 yang memiliki kapal-kapal kecil bersenjata dan kerap disebut sebagai Tango Boat.
Sebagai sniper, Waldron bisa menghajar musuh baik darat maupun dari atas kapal yang sedang menyusuri permukaan sungai Mekong.
Saat bertempur, Waldron merupakan sniper yang unik karena tidak menggunakan senjata khusus sniper, melainkan senjata semi otomatis M-14 (M-21) berteleskop Leatherwood 3X-9X Adjustable Ranging Telescope (ART) yang sangat akurat untuk membidik dari jarak 800 meter menggunakan peluru standar NATO kaliber 7.62 mm.
Selain bertempur pada siang hari, Waldron juga melancarkan misi tempur malam hari menggunakan senapan runduk yang dilengkapi teleskop malam.
Dengan teleskop pelihat malam itu, pada suatu misi, Waldron pernah berhasil menumbangkan 9 gerilya Vietcong.
Tapi aksi Waldron yang paling spektakuler adalah sewaktu dirinya berada di kapal Tango Boat yang sedang melintasi sungai Mekong.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR