Gunakan Metode Pembunuhan Sadis hingga Tubuhnya Dipotong-potong, Intelijen Amerika Bongkar Misteri Kematian Jamal Khashoggi, 'Putra Mahkota Arab Saudi Setujui Pembunuhannya'

Mentari DP

Penulis

Intisari-Online.com - Masih ingatkah Anda siapa ituJamal Khashoggi?

Jamal Khashoggi merupakan seorangjurnalis berkebangsaan Arab Saudi.

Pada2 Oktober 2018,Khashoggi terakhir kali terlihat saat memasuki gedung konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki.

Baca Juga: Bikin Geger, Pentagon Merilis LaporanMiliter Amerika Sudah Melakukan Serangan Udara ke Suriah dengan Tujuan Menghancurkan Hal Ini, 'Semua Itu Perintah Joe Biden'

Kedatangannya ke gedung tersebut adalah untuk mengurus dokumen yang dibutuhkan untuk menggelar pernikahan dirinya dengan tunangannya, Hatice Cengiz.

Namun faktanya Khashoggi tidak pernah keluar dari gedung konsulat dan tunangannya pun melaporkan hal itu.

Ada dugaan bahwatubuh wartawan berusia 59 tahun itu dipotong-potong.

Apalagi alasan dibunuhnyaKhashoggi ada banyak.

Diapernah menjadi penasihat pemerintah Arab Saudi dan dekat dengan keluarga kerajaan.

Tetapi dia tidak disukai dan pergi ke pengasingan di AS pada 2017.

Baca Juga: Turuti Keinginan Iran, Anak Buah Donald Trump Sebut Joe Bidendi Ambang Ketakutan Karena Perang Nuklir, 'Dia Tidak Belajar dari Kegagalan di Masa Lalu'

Dari sana, dia menulis kolom bulanan di Washington Post di mana dia mengkritik kebijakan Pangeran Mohammed.

Hingga kini masih belum ada kejelasan mengenai alasan menghilangnya Khashoggi.

Nah, kini intelijen Amerika Serikat (AS) menemukan bukti kuat menghilangnya Khashoggi. Apa itu?

Dilansir daribbc.com pada Sabtu (27/2/2021), sebuah laporan intelijen AS telah menemukan bahwa Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman menyetujui pembunuhan Jamal Khashoggi pada tahun 2018.

Laporan yang dirilis oleh pemerintahan Joe Biden mengatakan Pangeran menyetujui rencana untuk menangkap atau membunuh Khashoggi.

Tentu saja Arab Saudi menolak laporan itu. Mereka menyebut laporan itu sama sekali tidak benar dan tidak dapat diterima.

Putra Mahkota Mohammed, yang secara efektif adalah penguasa kerajaan, telah menyangkal peran apa pun dalam pembunuhan itu.

Apaisilaporan itu?

"Kami menilai bahwa Putra Mahkota Arab Saudi Muhammad bin Salman menyetujui operasi di Istanbul untuk menangkap atau membunuh jurnalisJamal Khashoggi," kata laporan kantor direktur intelijen nasional AS.

Laporan intelijen mencantumkan tiga alasan untuk meyakini bahwa putra mahkota pasti telah menyetujui operasi tersebut:

Laporan tersebut selanjutnya menyebutkan nama orang-orang yang diduga terlibat atau bertanggung jawab atas kematian Khashoggi.

Tapi dikatakantidak tahu seberapa jauh mereka yang terlibat berencana untuk menyakitinya.

Baca Juga: Pasok Puluhan Senjata Buat Jaga-jaga Jika China Menyerang, Terkuak Rencana Joe Biden untuk Membantu Taiwan,Sindir Keras Xi Jinping via Telepon

Apa balasanOtoritas Arab Saudi?

Otoritas Arab Saudi menyebutkan bahwa pembunuhan itu sebagai "operasi nakal" oleh tim agen yang dikirim untuk mengembalikan jurnalis ke kerajaan.

Dan pengadilan Arab Saudi mengadili dan menghukum lima orang dengan 20 tahun penjara September lalu.

Padahal awalnya kelima tersangka itu akan dihukum mati.

Apakah isi laporan intelijen itu akan mempengaruhi hubungan AS dan Arab Saudi?

Anda harus tahu bahwaArab Saudi merupakan negara pengekspor minyak terbesar dunia.

Dan Arab Saudi adalah sekutu utama Amerika Serikat (AS) di Timur Tengah.

Oleh karenanya, Presiden AS Joe Biden diharapkan mengambil sikap tegas terkait laporan itu.

Ini karena masalah-masalah Timur yang penting bagi AS.

Seperti mengakhiri perang di Yaman,berhubungankembali dengan Iran, memerangi ekstremisme Islam, dan memajukan hubungan Arab-Israel.

Namun,Presiden Biden telah menjelaskan bahwa tindakannya tidak akan sama dengan pendahulunya Donald Trump.

Di mana dia tidak akan memiliki kontak langsung dengan Pangeran Mohammed.

Sebaliknya Biden hanya akan berurusan dengan ayahnya, Raja Salman.

Baca Juga: Terhimpit Kekuatan Besar Dunia, Bill Gates Digadang-gadang Bakal Terseret ke Dalam Konflik Amerika dan China, Hanya GegaraBerikan SaranIni ke Joe Biden

Artikel Terkait