Find Us On Social Media :

Kisah Belahan Kuali dan Armada Semut Berember dalam Pembangunan Gedung DPR/MPR

By Ade Sulaeman, Jumat, 8 September 2017 | 10:30 WIB

Nurpontjo yang saat itu baru lulus setahun dari ITB, mencoba menggergaji dan memotong cetakan yang berasal dari kuali untuk serabi menjadi dua bagian.

Maksudnya, untuk menghasilkan bentuk kubah yang tidak retak. Namun, ketika Soejoedi melihatnya, malah timbul ide baru.

Dua potongan kubah direka-reka menjadi seperti busur.

"Wah bagus ini! Saya akan tanyakan pada Pak Sutami sebagai pelaksana teknisnya, apakah bentuk seperti ini bisa terealisasi!" ujar Soejoedi yang juga dikenal sebagai arsitek Gedung ASEAN dan kedutaan besar kita di Kuala Lumpur.

Menurut Sutami, rancangan yang diusulkan oleh Soejoedi dan kawan-kawan itu bisa diwujudkan dan cukup kuat.

"Jadi, bentuk atap yang seperti sayap garuda itu tidak diciptakan, tetapi ditemukan tanpa sengaja," kata Nurpontjo lagi.

Soejoedi menang dalam komposisi massa. Artinya, antara bangunan yang satu dengan bangunan yang lain, bentuknya serasi.

Bung Karno menilai rancangan kelompok Soejoedi memiliki beberapa keunggulan.

Antara lain, bentuknya inovatif dan untuk kondisi saat itu, bangunan itu bisa dibanggakan di forum internasional.

Dalam kesempatan itu Bung Karno segera menanyakan kesanggupan Sutami, sebagai pelaksana teknis untuk merampungkan seluruh bangunan dalam satu tahun.

Tantangan ini dijawab dengan kesediaan Sutami. Kesanggupan itu bukan tanpa alasan.