Find Us On Social Media :

Kisah Belahan Kuali dan Armada Semut Berember dalam Pembangunan Gedung DPR/MPR

By Ade Sulaeman, Jumat, 8 September 2017 | 10:30 WIB

Prakarsa itu segera dijawab dengan diadakannya sayembara terbatas untuk prarancangan.

Presiden  mengimbau supaya pengikutnya bukan dari kelompok yang sudah dikenal sebelumnya,  semisal pakar teknik ternama Roosseno atau arsitek kondang Friedrich Silaban, tapi berasal dari generasi baru.

Bagai tunas disiram air muncul kelompok baru, tenaga muda yang penuh inovatif, di antaranya kelompok Ir. Soejoedi Wirjoatmodjo.

Keikutsertaan kelompok ini tak lepas dari peran serta Menteri PUTL  D. Suprayogi yang mengusulkan Soejoedi dan rekan-rekannya berpartisipasi di saat akhir menjelang penutupan.

"Usulan mendadak dari Pak Suprayogi ini membuat kami bekerja terburu-buru. Bayangkan,  dalam waktu 2 minggu gambar-gambar dan maket harus sudah siap," ungkap Ir. Nurpontjo, salah seorang tenaga yang direkrut mendadak oleh Soejoedi.

"Saat itu kami tidak memikirkan imbalan. Pak Soejoedi sendiri sampai menjual mobil untuk menutup biayanya dulu," kenang Brodjonegoro.

Waktu dua minggu untuk merampungkan gambar dan segenap tetek bengeknya, terasa makin  sempit saja.

Mulanya, bentuk gedung dengan atap kubah yang menjadi pilihan. Namun, membuat maket berbentuk kubah itu bukan hal yang gampang.

Dalam beberapa kali pengecoran, kubah pecah atau retak.

Ditemukan bukan diciptakan

Berbagai usaha untuk mendapatkan bentuk kubah yang benar diupayakan.