Find Us On Social Media :

Inilah Pertempuran Laut yang Membuat Militer Amerika Serikat Menemukan Jalan Mengalahkan Tentara Jepang pada Perang Dunia II

By Moh Habib Asyhad, Senin, 4 September 2017 | 15:00 WIB

Intisari-Online.com - Setelah sukses meggempur Pearl Harbour, Jepang yang sedang mabuk kemenangan dikejutkan oleh serangan udara tak terduga dari AS. Serangan udara ini disebut dengan Doolittle Raid.

Serangan sejumlah pesawat pengebom AS yang datang di atas udara Jepang itu langsung membuat para jenderal Jepang kaget sekaligus malu.

Mereka tak menyangka jika AS ternyata bisa langsung menyerbu Jepang. Agar serangan yang sempat membuat warga Jepang shock itu cepat terhapus, para petinggi militer Jepang memutuskan untuk segera membalas dengan serangan yang lebih hebat dan mematikan .

(Baca juga: Pearl Harbor: Awal Dimulainya Malapetaka di Asia-Pasifik, Termasuk Bom Atom di Jepang)

Jepang lalu menggelar persiapan serbuan besar-besaran terhadap pangkalan-pangakalan AS yang tersebar di kawasan Pasifik khususnya pulau karang Atoll, Midway dan Hawai.

Dua pangkalan itu jika berhasil dikuasai akan membuat mudah pendaratan Jepang di kawasan AS dan terbalaslah serangan dadakan Doolittle Raid di atas Tokyo.

Rencana serbuan Jepang lewat laut itu dirancang langsung oleh arsitek penggempur Pearl Harbour, Admiral Yamamoto.

Guna melancarkan tugas menghancurkan sisa-sisa armada laut AS yang diyakini moril tempurnya sedang runtuh itu, Yamamoto mengerahkan armadanya secara besar-besaran.

Kapal perang Jepang yang dikerahkan antara lain, 4 kapal induk pengangkut pesawat (carrier), lebih dari 150 kapal perang pendukung, 248 pesawat tempur, dan 16 pesawat amfibi.

Kekuatan kapal-kapal perang pendukung strategi Yamamoto dikomandani oleh laksamana yang telah kenyang pertempuran laut, yakni, Vice Admiral Chuichi Nagumo dan Rear Admiral Tamon Yamaguchi.

Yamamoto yakin sisa armada laut AS akan segera bisa dihancurkan karena menurut penilaiannya sendiri hanya kapal perang jenis carrier yang dipunyai AS.

Menurut perhitungan Yamamoto yang kemudian ternyata keliru, Lexington diyakini sudah karam, Yorktown rusak parah, dan Saratoga sedang diperbaiki di West Coast.

Padahal setelah Yorktown rusak akibat perang di Coral Sea dan kemudian dibawa ke Pearl Harbour, para teknisi AS mampu memperbaikinya dalam tempo 72 jam.

Sesungguhnya armada laut AS yang akan digempur oleh Yamamoto jumlah kekuatannya memang lebih kecil.

Kekuatannya terdiri dari 3 carrier, 50 kapal perang pendukung, 233 pesawat tempur yang berada di kapal, dan 127 lainnya berada di daratan Midway.

Sekalipun kekuatan armada laut AS jauh lebih kecil dan para pelautnya tak memiliki semangat harakiri seperti yang telah ditunjukkan para pelaut Jepang, dalam segi informasi, armada laut AS jauh lebih unggul.

(Baca juga: Saat Perang Dunia II, Singapura Pernah Jadi Ajang Pembantaian dengan Korban Puluhan Ribu Orang )

Berkat kerjasama inteligen antara angkatan laut Belanda dan Inggris, rencana serbuan Jepang dan berapa jumlah armada yang dikerahkan serta lokasi mana yang akan dituju bisa disadap AS.

Dengan bekal bocoran informasi yang berhasil diperoleh, armada laut AS yang dipimpin oleh Admiral Chester Nimitz, Frank J Fletche, dan Raymond A Spruance, kini berada dalam kondisi lebih siap.

Untuk menghadapi taktik gempuran Jepang yang bersifat menyerbu, menjebak, dan menghancurkan itu, AS akan lebih banyak mengandalkan pemboman lewat udara.

Pengalaman sukses Jepang menggempur Pearl Harbour lewat udara rupanya tak hanya dimanfaatkan oleh Jepang saja tapi juga oleh AS.

Mirip serangan ke Pearl Harbour, serbuan Jepang ke Midway diawali oleh serangan udara dari kapal yang dipimpin Chuichi Nagumo.

Pesawat yang dikerahkan sebanyak 7 pesawat pembom dan satu pesawat pengintai.

Serangan pemanasan itu kemudian disusul pemboman frontal yang dilakukan puluhan pesawat tempur ke arah pangkalan udara Midway.

Kerusakan yang ditimbulkan cukup serius dan para pilot AS yang berhasil menerbangkan pesawat tempur Brewster F2 A, tak lama kemudian sudah terlibat dog fight yang seru.

Tapi serangan udara Jepang mendapat balasan meriam antipesawat udara AS yang bekerja efektif.

Puluhan pesawat Jepang berhasil ditembak jatuh dan gugurnya para pilot itu merupakan kerugian besar bagi pihak Jepang.

Tak lama kemudian pesawat-pesawat pembom AS, TBF Evenger dan pembom torpedo melancarkan serangan balasan ke posisi kapal induk Jepang.

Kedatangan pesawat tempur AS membuat kaget Admiral Nagumo karena di atas kapal induknya tengah disiapkan puluhan pesawat tempur yang akan meluncur menuju Midway.

Pesawat yang belum rampung persiapannya itu banyak sekali yang berhasil dihancurkan pembom AS. Pertempuran yang diawali oleh serbuan Jepang itu makin menghebat ketika kapal induk AS, Yorktown, dan lainnya memasuki medan laga.

(Baca juga: Berkaca dari Pengalaman Perang Teluk, AS Sepertinya akan Mengandalkan Serangan Udara Jika Benar Menyerang Korut)

Sedangkan, pesawat-pesawat tempur yang diluncurkan dari masing-masing carrier dan dari daratan Midway terlibat duel seru di udara.

Kendati kapal-kapal Jepang banyak mengangkut pesawat Zero yang sangat ditakuti pilot AS karena kemampuan terbangnya jauh lebih cepat, namun karena serbuan AS datang sebelum pesawat-pesawat itu siap terbang akibatnya sangat vatal.

Kelebihan AS dalam perang Midway ini selain sudah tahu strategi dan kekuatan Jepang, AS juga punya peluang untuk melakukan serangan kejutan.

Pesawat pengebom yang berangkat dari kapal perang Enterprise tiba-tiba menyerang kapal Jepang, Kaga dan Akagi.

Sedangkan pesawat tempur yang berangkat dari Yorktown menyergap Soryu. Sementara pesawat pembom torpedo VT-3 menyerbu Hiryu.

Torpedo yang ditembakkan pesawat-pesawat AS kebanyakan tak mengenai sasaran.

Namun, pesawat-pesawat pembomnya bekerja lebih baik. Hasilnya, Akagi, Soryu, dan Kaga mengalami kerusakan parah dan memilih kabur dari gelanggang pertempuran.

Yorktown sendiri setelah terkena bom lagi-lagi mengalami kerusakan parah. Tapi kapal perang AS lainnya, Hamman, mengalami nasib lebih buruk dan berhasil ditenggelamkan Jepang.

Sebaliknya, Hiryu yang sempat kabur akhirnya berhasil ditenggelamkan oleh Enterprise dan Hornet. Memasuki hari kedua pertempuran, kerugian besar yang dialami tampak jelas pada pihak Jepang karena kapal-kapalnya satu persatu tenggelam.

Admiral Yamamoto yang tidak mengira akan mengalami kekalahan betul-betul kaget mengingat kerugian besar Jepang di Midway terjadi ketika perang melawan Sekutu baru berlangsung 6 bulan.

Padahal Yamamoto pernah sesumbar, ia berani melawan AS dan menang, asalkan pada 6 bulan pertama Jepang lebih unggul. Hasil dari pertempuran Midway yang sangat bersejarah dan merupakan perang laut terbesar di dunia itu memang makin terang benderang.

AS yang semula ragu langsung berubah optimis karena pertempuran Midway telah menjadi titik balik, turning point.

Posisi AS berubah dari pihak yang diserang ke pihak penyerang. Sejarah kemudian se membuktikan,serbuan balasan AS ternyata sekaligus menggulung Jepang hingga ke daratan Tokyo.

(Baca juga: Model Playboy: Operasi Payudara Telah Menghancurkan Hidupku)

Kapitulasi pertempuran Midway jika dilihat dari jumlah angka kerugian memang sangat menyolok dan menunjukkan armada laut Jepang benar-benar berhasil dikalahkan.

Sebanyak 4 carrier dan 1 penjelajah Jepang tenggelam serta 3057 pelautnya tewas. Sedangkan di pihak AS, 1 carrier dan 1 destroyer tenggelam. Jumlah pelaut AS yang tewas bahkan jauh lebih sedikit, ‘’hanya’’ 307 tewas.

Hilangnya 4 carrier Jepang mengakibatkan daya gempur angkatan lautnya praktis ompong dan perlu waktu bertahun-tahun untuk memproduksi kapal jenis carrier.

Sebaliknya AS dengan cepat mampu membangun kapal-kapal perangnya dan tak lama kemudian kapal-kapal perang AS itu mampu membuat kekuatan Jepang di Pasifik kocar-kacir dan akhirnya berhasil dikalahkan.