Menguak Hubungan Mesra Kecamatan Playen dengan Angkatan Udara Republik Indonesia

Moh Habib Asyhad

Editor

Menguak Hubungan Mesra Kecamatan Playen dengan Angkatan Udara Republik Indonesia
Menguak Hubungan Mesra Kecamatan Playen dengan Angkatan Udara Republik Indonesia

Intisari-Online.com -Monumen Stasiun Radio PHB AURI PC-2 Playen menunjukkan bagaimana hubungan mesra Kecamatan Playen dengan Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI). Monumen ini terletak di Desa Banaran, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunung Kidul—sekitar 37 km dari Kota Yogyakarta.

Tetenger ini dibangun pada 1982 oleh Yayasan 19 Desember 1948, dan diresmikan pada 10 Juli 1984 oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Dari monumen ini kita tahu keterlibatan Playen dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Keberadaan dan aktivitas Stasiun Radio PHB AURI PC-2 Playen dimulai pada awal Januari 1949, ketika Opsir Udara III Boedihardjo dibantu Basir Surya dan Sersan Udara Soeroso, masing-masing Komandan dan Kepala Bagian PHB Pangkalan Udara Gading, Wonosari membangun sebuah stasiun radio rahasia di Dusun Banaran. Tipe radio pemancar yang dipakai saat itu adalah People Cooperation, dengan callsign PC-2.

Pada awalnya radio PHB AURI ini ditempatkan di Desa Bandung yang letaknya berdekatan dengan Pangkalan Udara Gading, Wonosari. Setelah Kota Yogyakarta diduduki Belanda, peralatan PHB AURI ini kemudian dipindahkan ke Desa Banaran, Playen, Wonosari Gunungkidul.

Pemilihan lokasi didapat berkat jasa SU Soeroso, yang pada waktu itu menjabat sebagai Kepala Bagian PHB Pangkalan Udara Gading. Stasiun ini berkedudukan di rumah Ibu Prawirosetomo yang memiliki anak bernama Martono dan seorang gadis yang membantu para gerilyawan dalam menyelamatkan peralatan radio peninggalan Jepang ini dari serangan Belanda.

Di tempat baru ini instalasi radio disesuaikan dengan kondisi setempat. Pembangkit listriknya disembunyikan di sebuah tungku tanah dan ditutupi kayu bakar, sedangkan antenanya dibentangkan antara dua batang pohon kelapa dan dipasang hanya pada malam hari saat akan melakukan siaran.

Pada pagi hari perlengkapan tersebut disembunyikan, sehingga aktivitas siaran ini tidak diketahui Belanda. Pemancar dan penerimanya diletakkan di dalam dapur dekat kandang sapi milik Prawirosoetomo. Pembangkit listriknya disembunyikan di sebuah lubang dalam tanah dan ditutupi kayu bakar.

Stasiun Radio PHB AURI PC-2 yang berada di Playen memiliki peran strategis dalam catatan sejarah perjuangan Bangsa Indonesia. Melalui stasiun radio AURI itu, nota-nota dan radiogram berita-berita tentang perjuangan bangsa Indonesia, terutama radiogram Serangan Umum 1 Maret 1949 yang dikenal dengan “Enam Jam di Yogya” sampai ke perwakilan RI di New Delhi dan diterima PBB. Hasilnya Yogyakarta diserahkan kembali kepada Pemerintah RI.(Angkasa.co.id)