Meskipun mendarat di garis belakang musuh dan sesuai prosedur darurat para pilot tempur USAF dilarang mengaktifkan radio agar tidak terdeteksi oleh alat komunikasi musuh, tapi Zelko ternyata sengaja melanggar prosedur darurat itu.
Ia tetap mengaktifkan radio dan memberi tahu posisinya kepada para rekan pilotnya.
Kondisi dan posisi darurat Zelco ternyata cepat direspon oleh unit Air Force Special Operations Command (AFSOC) yang kemudian menyiagakan sejumlah helikopter untuk melakukan operasi penyelamatan.
Setelah itu Zelko, cepat-cepat menguburkan parasutnya, mencari tempat persembunyian yang aman sambil menghilangkan jejak, dan kemudian bersembunyi di dalam gorong-gorong yang tertutup tanaman.
Agar posisinya tidak ketahuan musuh, Zelko melumuri tubuhnya dengan lumpur sambil menunggu tim penyelamat datang.
Zelko yang mendarat di desa bernama Ruma sempat menyaksikan jatuhnya F-117 yang berjarak sekitar satu mil dari tempatnya bersembunyi.
Ia juga melihat pasukan musuh mencari-cari dirinya secara cermat dengan mengerahkan pasukan miiter, anjing pelacak, dan milisi bersenjata.
(Baca juga: HOK Tanzil: Bis Air Buatan Yugoslavia)
Tapi mereka tidak berhasil menemukan posisi Zelko. Untuk membuyarkan pasukan pencari Zelko dan menghancurkan rongsokan F-117, NATO melancarkan bombardemen yang ledakan bomnya sangat dekat dengan posisi persembunyian Zelko.
Setelah bersembunyi sekitar delapan jam tim ASOC yang mengerahkan heli tempur MH-53M, MH-53J dan MH-60 tiba di lokasi persembunyian Zelko.
Tim ASOC itu tidak bekerja sendirian karena operasi penyelamatannya dipandu juga oleh pesawat E-3 AWACS yang terinterasi dengan pesawat komando udara EC-130E ABCCC (Airborne Battleield Command and Control Center) serta pesawat tempur serang darat yang berfungsi sebagai payung udara, A-10 Thunderbolt II.
Dalam operasi penyelamatan yang berlangsung cukup singkat, Tim ASOC akhirnya berhasil mengevakuasi Zelko.