Find Us On Social Media :

Ibu Ini Membagikan Perjuangannya untuk Bisa Berhubungan Seks Lagi Setelah Sebuah Persalinan Merusak Vaginanya

By Moh Habib Asyhad, Minggu, 2 Juli 2017 | 18:30 WIB

Perjuangan seorang ibu bisa berhubungan seks kembali

Intisari-Online.com - Melahrikan, bagaimanapun juga, tidaklah mudah.

Dan begitu bayi mbrojol, kebahagiaan pun kadang tak kunjung datang. Persalinan bisa menyebabkan robeknya perineum sehingga kemampuan kencing dan berhubungan seks pun rusak.

(Baca juga: Transjender Pria Ini Siap-siap Melahirkan Anak Pertamanya)

Belum lama ini seorang ibu, Zoe George namanya, membagikan pengalamannya berjuang mendapatkan kembali haknya berhubungan seks dengan suaminya setelah sebuah persalinan merusak vaginanya.

Cerita itu ia tuangkan dalam buku berjudul The Subtle Mummy.

Dalam buku itu Zoe menjelaskan bagaimana ketika ia melahirkan anak pertamanya, ia harus diberi bantuan forsep. Ia mengalami pendarahan super-hebat. Setelah semua selesai, ia melihat kondisi vaginanya yang tak biasa.

“Terlihat seperti hamburger, lebih seperti sesuatu yang sangat besar…,” tulis Zoe. “Citra itu selamanya akan tergambar di pikiranku. Jika Frankenstein punya vagina, aku tahu persis seperti apa rupanya.”

Saat Zoe kembali ke rumah, keadaan tidak berjalan lebih mudah.

“Aku berjuang dengan menyusui, berjuang untuk buang air kecil, bahkan berjuang untuk duduk di toilet di mana isi perutku rasanya ingin tumpah semua dari lubang menganga yang ‘dulunya’ adalah vagina.”

Butuh enam bulan bagi Zoe dan suaminya untuk berpikir soal seks—tapi ketika ide itu muncul, Zoe hanya bisa merenung.

Mereka mencoba, dan hasilnya sungguh mengerikan.

Zoe kemudian mendatangi ginekolognya yang bilang bahwa normal saja rasa hubungan seksnya berbeda setelah melahirkan—dan itu sedikit menentramkan hatinya.

Enam bulan kemudian, Zoe dan suaminya mencoba berhubungan seks lagi.

Dan rasanya tetap saja mengerikan.

“Dengan ‘mencoba’, maksudku, aku akan menangis sambil menggigit bantal, menahan seks sementara suamiku yang malang berusaha menyelesaikan pekerjaannya secepat mungkin,” jelas Zoe.

Ia kembali ke ginekolognya, yang memeriksanya dan menemukan bahwa jaringan parut dari jaringan yang gagal adalah penyebab semua rasa sakit itu.

“Ia menggambarkannya sebagai tiga band: seperti kulit di antara jari telunjuk yang ditarik keras, dan kapan pun ada yang menggosoknya, rasanya seperti robek,” kata Zoe.

“Pada dasarnya, itu adalah jaringan parut dari jahitanku dan aku bisa menjalani operasi untuk memperbaikinya (dan kemudian melakukan operasi caesar untuk menghindari hal yang sama seperti kelahiran pertamanya) atau ‘menanggungnya’ sampai hamil lagi sehingga bisa dijahit ulang dengan lebih hati-hati.”

“Aku mengambil opsi terakhir, dan untungnya itu berhasil.”

Dengan terus mencoba, Zoe mengembangkan vaginismus—ketika otot dasar panggul vagina mengencang sehingga tidak ada yang bisa masuk tanpa rasa sakit yang luar biasa.

Zoe harus melalui physio untuk vaginanya, menggunakan dilator dari seukuran jari kelingking sampai seukuran mentimun untuk membuat vagina lebih santai.

Beberapa bulan kemudian, Zoe melahirkan bayi keduanya. Syukurlah, bayi itu merobek Zoe di tempat yang sama dengan kakaknya, yang artinya daerah itu bisa dijahit kembali dengan lebih baik.

“Dalam beberapa hari, aku merasa lebih normal,” tulis Zoe, menjelaskan bahwa sementara ia masih belum 100 persen lega. Ia masih teringat dengan seks yang menyakitkan sejak setahun yang lalu.

Zoe menjelaskan bahwa bahwa ia ingin membagikan ceritanya untuk membuka percakapan seputar seks pascamelahirkan, dan menunjukkan kepada para perempuan lain bahwa mereka tidak sendirian.

“AKu sempat malu untuk menuliskan cerita ini, tapi setiap kali aku bertemu seseorang secara langsung dan mengatakan bahwa mereka terkejut dan merasa kasihan dengan kejadian yang menimpaku,” tulisnya.

(Baca juga: Perjuangan Ibu Penderita Kanker Melahirkan Kedua Anak Kembarnya Ini Sungguh Mengharukan)

“Aku menceritakan kisah ini untuk meningkatkan kesadaran soal masalah ini, sungguh sulit untuk membagikannya.”

“AKu menulis hal paling pribadi di dunia agar dibaca (semua orang). Ya, aku memang benar-benar mengolok-olok diri, tapi begitulah keadaannya.”

Begitulah cerita Zoe mendapatkan “haknya” sebagai perempuan: berhubungan seks senyaman munkin.