Find Us On Social Media :

Punya Pola yang Mirip dengan Eksodus dalam Peperangan, Alasan para Pemudik Juga Wajib Siap Tempur

By Ade Sulaeman, Rabu, 21 Juni 2017 | 07:00 WIB

Mudik

Semua aparat kepolisian dan juga TNI turun tangan agar arus mudik dan juga arus baliknya nanti berjalan aman dan kalau bisa tidak jatuh korban.

Tapi seperti tidak banyak diketahui oleh masyarakat umum, ketika pasukan militer diberangkatkan untuk perang, para jenderal sebenarnya juga menyiapkan kantong mayat bagi prajurit yang gugur.

Jumlahnya biasanya 10% dari jumlah total pasukan yang dikirim untuk berperang.

Dalam ritual arus mudik dan arus balik, ternyata berlaku kesiap-siagaan ala militer yang akan berangkat perang.

Di daerah-daerah tertentu sejumlah makam bahkan sudah digali untuk mengantisipasi para pemudik yang ‘’gugur’’.

Maklum setiap tahun korban yang jatuh akibat arus mudik dan balik lebih dari 600 orang.

Jumlah ini bahkan lebih banyak dari korban akibat pesawat jumbo jet yang jatuh.

Puluhan ribu kendaraan dan jutaaan manusia yang bergerak dalam waktu yang sama memang bukan merupakan ‘’perjalanan exodus’’ yang tidak mudah karena harus didukung oleh stamina, emosi, kendaraan, disiplin dan lainnya yang prima.

Tidak ada satu pun orang yang ingin jadi korban dalam proses arus mudik dan balik itu.

Selalu berhati-hati dan waspada serta menghargai pengendara lain adalah kuncinya. 

Peperangan dalam mudik kali ini bukan melawan musuh dalam wujud penjajahan.

Tapi kemacetan total yang harus dihadapi dengan kesabaran tingkat tinggi.

Perang terhadap diri sendiri dan tidak perlu menyalah-nyalahkan orang lain. Bahkan pemerintah pun tidak bisa diharap banyak.

Setiap msim mudik para pemudik memang harus siap tempur, siap stamina, kendaraan, logistik, obat-obatan, dan lainnya.

Seperti tentara mau perang semua perlengkapan sebaiknya didata sebelum berangkat, kendaran diperiksa cermat, dan lainya, sehingga perjalanan berjalan lancar dan selamat baik saat arus mudik maupun arus balik.