Find Us On Social Media :

Bayi Berusia 10 Bulan Menelan Daun Ganja, Ini yang Terjadi padanya Kemudian

By Intisari Online, Sabtu, 27 Oktober 2018 | 20:30 WIB

Intisari-Online.com - Seorang bayi berusia 10 bulan secara tak sengaja menelan daun ganja. Ia pun mengalami koma.

Atas kejadian tersebut, orangtua bayi itu langsung ditahan pihak kepolisian.

Seperti dilaporkan Kompas.com, pasangan asal kota Saint-Priest tak jauh dari Lyon, Perancis itu datang ke rumah sakit Kamis (25/10/2018) setelah bayi mereka tak sengaja menelan daun itu.

Setelah menjalani pemeriksaan, sang ibu (33) dibebaskan.

Sementara, sang ayah mengaku kepada polisi dia memang menggunakan ganja.

Setelah menjalani pemeriksaan, pria ini juga dibebaskan tetapi harus hadir di persidangan pada Maret tahun depan.

Baca Juga : Kanada Memberlakukan Legalisasi Ganja, Orang-orang Malah Berbondong-bondong Membelinya

Sedangkan bayi pasangan ini masih dirawat di rumah sakit tetapi kondisinya sudah mulai membaik.

Sebuah kasus sama juga dilaporkan terjadi di Perancis pada April lalu, ketika seorang bayi keracunan asap ganja.

Tim medis saat itu langsung bersiaga di rumah sakit Armand-Trousseau, Paris saat bayi perempuan itu dibawa ke ruang gawat darurat.

Polisi memeriksa kedua orangtua bayi itu tetapi keduanya tidak bisa tak bisa menjelaskan bagaimana bayi mereka bisa terpapar asap ganja.

Dalam pemeriksaan terungkap bahwa kedua anak lain pasangan ini, yang berusia dua dan empat tahun, juga terpapar ganja dan narkoba lainnya.

Pasangan suami istri itu tidak ditahan setelah diperiksa tetapi diharuskan menjalani sidang pengadilan.

WHO: Ganja Medis Legal dan Boleh Dikonsumsi Pasien

Setelah menjadi perdebatan panjang mengenai cannabidiol (CBD) dalam dunia medis selama ini, akhirnya WHO telah membuat keputusan bahwa CBD boleh dipergunakan sebagai obat dan hukumnya legal.

Baca Juga : Masih Ingat dengan Fidelis Pemilik 39 Batang Ganja untuk Kesembuhan Istrinya? Nota Pembelaannya Bikin Terharu

Cannabidiol sendiri adalah obat yang dibuat dari ekstrak ganja atau mariyuana yang digunakan sebagai obat-obatan untuk beberapa penyakit.

Legalisasi ganja telah menyebar ke berbagai negara, misalnya, Amerika Serikat, Amsterdam, dan mulai banyak negara yang mempertimbangkan hal ini.

Sebelumnya, para peneliti di WHO berdebat selama berbulan-bulan untuk memastikan khasiat dan efek samping yang mungkin ditimbulkan dari pemakaian ganja medis ini.

Laporan yang diterbitkan padaa tanggal 13 Desember 2017 ini kemudian menyatkan beberapa khasiat ganja medis untuk dunia pengobatan.

Contohnya, CBD akan berguna dalam pengobatan kanker, epilepsi, alzheimer, parkinso, dan beberapa jenis penyakit lainnya.

WHO juga menegaskan bahwa penggunaan CBD sesuai dengan petunjuk dokter tidak akan menimbulkan ketergantungan dan tidak membawa risiko pada pasien.

Meski begitu, tetap saja WHO meminta pada seluruh dokter untuk membatasi penggunaan CBD dan bukan menggunakannya sebagai obat-obatan utama yang bisa diresepkan ke semua orang.

Sementara itu, WHO masih akan terus melakukan penelitian lanjutan untuk meneliti secara keseluruhan zat yang tedapat dalam ganja dan rencananya akan dilakukan tahun 2018 nanti.

Dalam laporan yang sama, WHO juga memberi instruksi untuk membatasi obat jenis fentanyl, yang biasa digunakan di Amerika karena obat tersebut menyebabkan kematian beberapa penggunanya yang mengalami kecanduan.

Baca Juga : Resmi! WHO Tetapkan Kecanduan Game Sebagai Penyakit Gangguan Mental

Juru bicara WHO mengatakan, “Ada peningkatan minat dari negara-negara anggota dalam penggunaan ganja untuk indikasi medis termasuk untuk perawatan pengobatan.”

Bukti terbaru dari uji coba pada hewan dan manusia menunjukkan bahwa penggunaan CBS memiliki beberapa nilai terapi untuk kejang karena epilepsi dan kondisi terkait.

Ganja medis dalam CBD ini dalam dosis yang sangat tepat dan tidak menginduksi sehingga pengguna tidak akan mengalami overdosis dan kecanduan seperti layaknya narkotika.

Dilansir dari dailymail.co.uk, Raul Elizade, seorang ayah dengan anak yang memiliki gangguan epilepsi parah di Meksiko, menyatakan ia merasa senang dengan keputusan WHO ini.

Sebelumnya, Elizade telah mengusulkan pada pemerintah Meksiko untuk melegalkan penggunaan ganja sebagai pengobatan agar putrinya bisa mengakses CBD.

Grace, putri sulungnya menderita gangguan epilepsi selama bertahun-tahun dan itu menyebabkan dia mengalami kejang ratusan kali dalam sehari.

Setelah semua pengobatan medis dan upaya alternatifnya tidak membuahkan hasil, Raul Elizade kemudian mencoba menggunakan CBD untuk anaknya.

Hasilnya, Grace sangat tertolong dan hanya mengalami beberapa kali kejang, kesehatannya berubah menjadi jauh lebih baik.

Elizade tidak pernah menyangka harus berdekatan dengan ganja setiap hari, namun, menurut dia, CBD sangat membantu hidup anaknya.

Elizade sebagai orang yang telah menggunakan CBD juga setuju terhadap keputusan WHO untuk membatasi peredaran ganja medis meski sekarang sifatnya legal.

Dia juga menambahkan, bahwa sekarang anaknya mengonsumsi ganja medis seperti suplemen kesehatan yang hanya digunakan saat keadaannya mendesak.

Sementara ini, masih banyak negara di duni yang melarang keras peredaran zat ganja dalam bentuk apapun dan untuk alasan apa pun.