Find Us On Social Media :

Cerita Pelaku Sumpah Pemuda yang Rumahnya Digeledah Gara-gara Pasang Bendera Merah Putih

By K. Tatik Wardayati, Sabtu, 27 Oktober 2018 | 21:30 WIB

“Waktu itu datang dalam barisan pandu sambil menabuh genderang atau bagaimana?"

Mendengar kata menabuh genderang, Pak Budiman tertawa berderai. la mempunyai kenangan tersendiri tentang jabatannya itu.

"Waktu itu kami datang sendiri-sendiri. Saya mengajak tiga teman, Ong Kay Siang, John Liaw Tjoan Hok dan Tjio Jin Kwie. Sayangnya mereka semua sudah meninggal. Waktu itu, rapatnya dibuka agak telaat lantaran hams ada izin dari polisi. Tapi untunglah intelijen lah yang datang."

"Ketika Pak Budiman sampai. sudah banyak yang datang?"

Baca Juga : Sumpah Pemuda: Membongkar Kepicikan Penjara Budaya yang Membuat Kita Hanya Tahu Kebenaran Menurut Diri Sendiri

"Lumayan! Ada sekitar lima ratus orang.

"Kok banyak banget? Kan gedungnya kecil?"

"Ya, memang banyak. Gedung itu jadi penuh dan sebagian ada di luarnya. Tapi saya bisa masuk. Ha, ha, ha!" ujarnya.

"Masih ingat bagaimana ketika Sugondo membacakan ikrar itu?" "

"Masih!" Pak Budiman menjawab tegas dan mengangguk dalam-dalam.

"Waktu itu sudah malam. Sugondo membacakannya dengan khidmat. Semua berdiri kecuali yang dari P.I.D. Itu, dinas intelijennya Belanda. Malam itu, Supratman juga memainkan lagu Indonesia Raya dengan violnya. Aduh, dengar lagu itu, hati ini bukan main dah," kata Pak Budiman sambil memegang dada. Suaranya bergetar dan matanya berkaca-kaca.

Baca Juga : Saat Seorang Murid SD Tak Mau Ucapkan Sumpah Pemuda karena Takut Mati