Find Us On Social Media :

Kisah Kamboja yang Terbagi Dua Akibat Perang di Negerinya Sendiri

By K. Tatik Wardayati, Kamis, 11 Oktober 2018 | 11:00 WIB

Kuy Yem berasal dari Kompong Leav. Walaupun usianya baru 58, tetapi ia seperti kakek-kakek. Semua itu mungkin akibat penderitaan yang panjang. Di pemakaman masal yang berjumlah 1.100 buah terkubur banyak korban.

Baca Juga : Tragisnya Kisah Pangeran Sihanouk yang Kelima Anaknya Dibantai Khmer Merah Pimpinan Pol Pot

Di Prey Veng saja tercatat 485.260 jiwa yang melayang. Itu adalah setengah dari jumlah penduduk yang jumlahnya 1 juta jiwa. Di antara para korban itu terdapat 12.420 pegawai pemerintah, tentara, cendekiawan, dan 2.572 pendeta Buddha. Sisanya adalah rakyat biasa. Namun, Prey Veng tampak menderita.

Penduduk memang jumlahnya naik, tetapi terlihat kelebihan yang menyolok antara jumlah wanita dengan prianya. Terdapat 130.000 wanita dan gadis-gadis. 29.700 adalah janda korban Pol Pot.

Buat mereka dan 10.000 anak yatim, pemerintah harus mengeluarkan biaya dari kas negara  yang kosong.

Wanita Kamboja tak pernah pakai topi runcing

Di rumah sakit provinsi itu hanya ada dua orang dokter Kamboja dan dua orang dokter India yang harus merawat 150 pasien yang menderita diare, disentri, busung lapar, dan hampir semua penduduk kena malaria.

Baca Juga : Ketika Perang Vietnam, Benarkah Gerilyawan Viet Cong Takut Kegelapan?

"Pasien kami banyak yang berasal dari Battambang," kata dokter kepala yang berasal dari India, dokter Sunil Chatterjee. "Di sana merajalela penyakit malaria yang paling parah sejak zaman Pol Pot berakhir. Soalnya, dokter tidak ada," katanya lagi.

Perawatan dokter di Provinsi Prey Veng masih dianggap baik, karena di situ ada empat orang dokter buat tiga perempat juta jiwa penduduk. Di lima provinsi dari sembilan provinsi di Kamboja sekarang bahkan tak ada dokter. Di provinsi lain ada, tetapi cuma satu.

Penderitaan hebat yang melanda rakyat yang bertahun-tahun tidak dapat pergi ke dokter dapat disaksikan di Rumah Sakit "Tujuh Januari" di Phnom Penh. Seorang gadis yang dibedah perutnya menyimpan benjolah keras berwarna kelabu seberat 22 kg selama tiga tahun. Itu adalah kista rahim yang tidak diobati.

"Kasus macam itu ditemui tiga kali dalam seminggu," kata dokter kepala Sau Sok Khon.