Find Us On Social Media :

Mantan Budak Seks ISIS yang Berhasil Melarikan Diri Itu Kini Diganjar Hadiah Nobel Perdamaian

By Intisari Online, Jumat, 5 Oktober 2018 | 18:15 WIB

Tapi upaya ISIS nyatanya sama sekali tidak berhasil.

Murad berhasil melarikan diri secara ajaib dan sekarang menjadi calon pemenang Hadiah Nobel Perdamaian. Ia dianggap memperjuangkan kebebasan dan keadilan bagi rakyatnya.

Dalam The Last Girl: My Story of Captivity and My Fight Against the Islamic State (Tim Duggan Books), ia menceritakan bagaimana dirinya dan keluarganya tinggal dengan damai di komunitas petani Kocho, dekat perbatasan Suriah, ketika ISIS pertama kali berkuasa.

Klannya berasal dari barisan penggembala dan petani gandum, yang tinggal di rumah-rumah berderet rapih yang terbuat dari bata lumpur.

Di musim panas, keluarganya, termasuk ibu Murad, delapan saudara laki-laki, dan dua saudara perempuannya, akan berbaring di atas kasur di atap rumah, berbisik satu sama lain, sampai mereka tertidur di bawah bulan.

Tapi semua berubah empat tahun yang lalu, persisnya 14 Agustus 2014.

Setelah melakukan pengepungan selama dua minggu, ISIS memerintahkan seluruh penduduk Kocho pergi ke halaman sekolah.

Di sana, militan ISIS bertanya kepada orang-orang Yazidi itu, apakah mereka mau masuk Islam atau tidak.

Yazidisme merupakan salah satu agama tertua di Mesopotamia, yang berusia sekitar 6.000 tahun. Agama ini punya unsur-unsur yang sama dengan agama-agama Timur Tengah lainnya, termasuk Islam, Zoroaster, dan Yahudi.

Baca Juga : Beginilah Cara ISIS Menjadikan Para Perempuan sebagai Komoditas dan Budak Seks di Timur Tengah

Para pengikutnya tidak percaya pada neraka atau setan. Mereka berdoa kepada malaikat yang jatuh, yang mereka sebut dengan “Tawusi Melek”, yang turun ke bumi dan menantang Tuhan, hanya untuk dimaafkan dan kembali ke surga.

Cara berkeyakinan seperti ini memberi orang Yazidi sebuah reputasi di kalangan muslim radikal sebagai pemuja setan.