Find Us On Social Media :

Lie Detector, Seberapa Akuratkah Mesin Pengungkap Kebohongan Ini?

By Muflika Nur Fuaddah, Kamis, 4 Oktober 2018 | 19:45 WIB

 

Intisari-Online.com - Menyebut mesin poligraf ini sebagai 'lie detector' berarti ia dapat mendeteksi kebohongan pada seseorang.

Lie detector umumnya digunakan dalam investigasi kriminal.

Cara kerjanya adalah dengan mendeteksi reaksi fisiologis subjek berdasarkan jawaban yang diberikan atas pertanyaan.

Yakni, jika seseorang mengatakan kejujuran atau hal yang sebenarnya, maka mereka akan cenderung tetap bersikap tenang.

Baca Juga : Agar Tidak Kecanduan, Begini Cara Mengetahui Statistik Penggunaaan WhatsApp Anda Selama Ini

Pada 2016 lalu, jika Anda masih ingat kasus kopi sianida yang melibatkan Jessica Kumala Wongso, dirinya diklaim telah lolos dari tes lie detector ini.

Sementara diketahui, sebelumnya baru ada 5 penjahat kelas kakap di dunia yang berhasil mengelabui mesin pendeteksi kebohongan atau lie detector ini.

Meskipun terlihat sangat ilmiah untuk mengukur respon subjek, seperti keringat yang muncul atau peningkatan denyut nadi dengan akurasi yang sangat baik, lie detector juga dikritik memiliki konsep yang lemah.

Bagaimana cara mengetahui orang berbohong menggunakan lie detector?

Baca Juga : Mereka yang Lolos dari Hukuman Mati, Salah Satunya karena Kesalahan Alat Tes Kebohongan

Uji Lie Detector

Menjalani tes kebohongan dapat menjadi pengalaman yang mengintimidasi.

Anda duduk di sana dengan kabel dan tabung menempel dan melilit tubuh Anda.

Baca Juga : Cinta Wanita Ini Adalah Contoh Cinta Sejati, Benar-benar Luar Biasa!

Tes kebohongan ini memiliki proses panjang yang dibagi menjadi beberapa tahap.

Dilansir dari People.howstuffworks.com, berikut tes kebohongan dilakukan menggunakan lie detector:

1. Pretest

Ini adalah tahap wawancara antara pemeriksa dan peserta ujian.

Baca Juga : Anda Terperangkap dalam Hubungan yang Tak Sehat? Ajukan Dulu 5 Pertanyaan Ini

Sementara subjek duduk di sana menjawab pertanyaan, penguji melihat bagaimana subjek menanggapi pertanyaan dan memproses informasi.

2. Pertanyaan yang didesain

Di sini penguji mendesain pertanyaan yang khusus untuk masalah tertentu yang tengah diselidiki.

Penguji juga meninjau pertanyaan-pertanyaan ini dengan reaksi subjek untuk mendapatkan gambaran umum keadaan subjek.

Baca Juga : Suka Berbohong Terus-menerus? Hati-hati Penyakit Psikologis Mithomania!

3. In-test

Ini adalah waku mendeteksi kebohongan dilakukan dengan memberi ujian yang sebenarnya.

Penguji akan menanyakan 10 atau 11 pertanyaan.

Namun hanya tiga tiga dari empat yang relevan dengan masalah atau kejahatan yang sedang diselidiki.

Baca Juga : Dahsyatnya Perang Psikologis: Saat Mesir Ditaklukkan Persia Hanya Gara-gara 'Kucing'

Pertanyaan lainnya adalah pertanyaan kontrol.

Pertanyaan kontrol adalah pertanyaan yang sangat umum, seperti "Pernahkah Anda mencuri sesuatu dalam hidup Anda?"

Itu adalah jenis pertanyaan yang apabila dijawab dengan "tidak," penguji dapat memperoleh gagasan tentang reaksi saat subjeknya menipu.

Baca Juga : Inilah Bahasa Tubuh Seseorang Sedang Berbohong, Coba Cek ke Pasangan Anda

4. Post-test

Pemeriksa menganalisis data respon fisiologis dan membuat keputusan mengenai apakah subjeknye telah menipu atau tidak.

Jika ada fluktuasi signifikan yang muncul dalam hasil, ini bisa jadi sebagai tanda bahwa subjek berbohong.

Terutama jika subjek memberi tanggapan secara sama terhadap pertanyaan yang ditanyakan berulang kali.

Baca Juga : Hendak Dibunuh Istrinya karena Sudah Tak Berpenghasilan, Pelatih Tinju Ini Ternyata Punya Cara Jitu untuk Menjebaknya

Namun ada kalanya juga, pengujian ini salah menafsirkan reaksi seseorang terhadap pertanyaan tertentu.

Hal ini terjadi tak lain karena faktor manusia itu sendiri yang terkadang pandai memanipulasi ekspresi dan mengatur ketenangan sebisa mungkin.

Nah, hingga saat ini alat pendeteksi kebohongan ini masih jadi perangkat polisi untuk ungkap kasus kejahatan, lho!

Baca Juga : 5 Cara Belajar Bisnis Online Dalam Waktu Singkat Bagi Pemula