Penulis
Intisari-Online.com – Buku-bukunya banyak diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Mungkin Anda juga ingin berkenalan dengan penulisnya.
Noortje Falck dari Belanda khusus pergi ke Inggeris untuk menemuinya. Cartland memang wanita yang mencengangkan.
Nenek tiri Putri Diana ini memang penulis novel yang handal. Simak kisahnya seperti yang pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Oktober 1979, Barbara Cartland Meramu “Pil Otak”-nya Sendiri
“Anda tidak mau saus? Tidak mungkin. Pokoknya daging harus ditambah saus. Saya ingin Anda berbuat demikian. Semua makanan saya ambil dari kebun sendiri dan saya ingin tamu saya mencoba semuanya."
Baca Juga : Misteri Hilangnya Penulis Novel Serial Detekftif Terkenal Agatha Christie
Barbara Cartland memberi ' perintah kepada pembantunya untuk melayani saya dan bagi saya tidak ada jalan lain daripada menuruti kemauannya. Saya mengambil saus dari mangkok perak yang disodorkan ke hadapan saya.
Selama itu ia tetap mengobrol. Sambil mengunyah, menelan ia terus bercerita mengenai kehidupannya, idenya tentang mode, wanita, cinta, perkawinan. Berdua kami duduk pada ujung meja yang panjangnya bermeter-meter.
Dia duduk pada kepala meja dan saya duduk di pojok di sebelahnya. Ia mengenakan gaun merah jambu menyolok.
"Disainer saya sama dengan disainer ratu Elizabeth. Ia selalu membuat gaun merah jambu untuk saya, sehingga warna itu sekarang terkenal sebagai "Cartland Rose" katanya. Dan dengan rambutnya yang berwarna champagn ia duduk tegak di kursinya.
Ia mengenakan beberapa perhiasan asli dan sangat mahal. Mukanya dirias tebal. "Kulit saya pucat sehingga saya memesan bedak khusus dari langganan istana" katanya.
Baca Juga : Patrick Modiano, Novelis Perancis yang Memenangkan Hadiah Nobel Sastra 2014
"Dan saya suka eyeshadow turqoise. Payahnya sekarang tidak bisa dibeli lagi padahal persediaan saya hampir habis.
Lalu saya harus khusus ke Amerika untuk memborong eyeshadow lagi. Ya bulu mata saya palsu. Saya tidak malu mengakuinya."
la mengedip-ngedipkan matanya lalu minum anggurnya dengan hati-hati, sehingga lipsticknya tidak kena.
"Make up ialah soal disiplin diri. Yang paling saya benci ialah wanita yang penampilannya tidak terawat," kata Barbara yang berusia 77 tahun dengan nada menekankan.
"Bagi seorang wanita penting untuk membuat dirinya menarik bagi suaminya. Bagi saya sendiri: Pokoknya , saya ingin wajah saya menarik. Itu saya anggap sebagai suatu kewajiban."
Baca Juga : Putri Diana Disebut sebagai 'Putri Pemberontak' karena Melanggar 11 Aturan Kerajaan Tanpa Kompromi
Pokoknya sepatu harus bersih
la cepat meneguk anggurnya. "Saya belum selesai dengan cerita saya" katanya.
"Apa yang saya katakan tentu juga berlaku bagi kaum pria. Mereka juga harus merawat diri. Rambut dan janggut panjang tidak saya sukai. Lebih-lebih sepatu yang tidak disemir.
Kalau orang datang melamar pekerjaan pada saya dan sepatunya kotor, ia pasti tidak saya terima.
Saya pikir begini: Orang yang tidak bisa membersihkan sepatu, juga jorok dalam hal lain. Dan ini berarti bahwa pekerjaannya juga pasti tidak baik."
Selama itu Barbara telah menghabiskan isi piringnya. Lalu ia memijat bel di bawah meja. Langsung datang wanita pembantu untuk mengambil piring kami. Bahwa saya belum selesai tidak menjadi soal.
Piling saya diambil komplit dengan burung fazant yang belum habis. Lalu dikeluarkan piring dessert.
Baca Juga : Dikenal Bengis, Saddam Hussein Ternyata Pernah Menulis Novel Romantis
Diam-diam kemudian pembantu masuk dengan piring perak. "Enak bukan? Katanya dengan bangga seakan-akan masakan itu dibuatnya sendiri.
Sebuah souffle sitrun dengan telur ayam peliharaan sendiri.
Ketika ditanya apakah itu buatannya sendiri ia menjawab: "Saya memasak? Tidak. Sudah bertahun-tahun saya tidak memasak. Saya 'kan mempunyai pembantu."
"Anda 'kan tahu buku masakan sehat saya," ia bertanya. "Saya menjadi terkenal karena roman cinta, tetapi saya juga menulis buku-buku lain: sejarah, sosiologi, filsafat, tentang hidup sehat, kecantikan dan tentang hidup saya sendiri."
Bukunya sudah laku 100 juta buah." Saya pikir hanya Agatha Christie yang menjual lebih banyak dari itu. Saya tertarik pada kesehatan," ia meneruskan ceritanya. Ia memang bisa berbicara nonstop tanpa kekurangan bahan.
Baca Juga : Benarkah Kediktatoran Korea Utara Terinspirasi dari Sebuah Novel?
"Saya sendiri setiap hari makan 70 pil vitamin dan dua pil otak. Sekarang segala sesuatu dibubuhi bahan pengawet sehingga vitamin lenyap. Hasilnya jelas. Saya sekarang berusia 77 tahun, tetapi masih tetap segar dan saya setiap hari bekerja. Berkat pil vitamin.
Sebentar lagi akan selesai sebuah buku lagi. Tahun ini saya sudah menulis 17 buku. Dan kemarin saya telah memperkenalkan piringan hitam saya pertama dengan lagu cinta di sebuah toko buku di London. Dan saya menyanyikannya sendiri. Saya yakin itu berkat pil saya."
"Pil otak itu, apa?"
"Memang pil hebat. Saya meramu bahannya sendiri. Tujuannya ialah agar sel otak yang mati diganti lagi. Dan ketika saya ke Peru baru-baru ini, saya meninggalkan beberapa pil untuk presiden negara itu. Ketika kembali ke Inggeris, saya menerima surat darinya.
Baca Juga : Pernah Baca Novel Harry Potter? Berbanggalah, karena Anda Tumbuh Menjadi Orang yang Lebih Baik
Katanya ia minta persediaan ekstra. Ia demikian berminatnya sehingga ia ingin memesan untuk presiden negara Amerika Selatan lain."
Setelah makan selesai, kami berjalan-jalan di salonnya yang hebat.
Di depan salah sebuah pintu besar ada dua bidadari emas yang menyangga vas besar dengan kepalanya. Dalam vas itu ada buket indah. Namun ketika saya dekati ternyata bunga plastik.
"Anda percaya cerita-cerita Anda sendiri?" saya bertanya. "Apakah hidup ini memang seindah dan seromantis seperti dalam dunia mimpi Anda?"
Baca Juga : Setelah Membunuh John Lennon, David Chapman Langsung Membaca Novel Terlarang di Amerika
"Hidup memang begitu," Barbara menjawab tanpa ragu-ragu. "Saya tahu dari pengalaman sendiri. Soalnya hidup saya indah dan keadaannya masih tetap demikian."
Ayahnya tewas dalam Perang Dunia I. Barbara waktu itu masih duduk di sekolah menengah. Sejak saat itu ibunya harus hidup hemat dan Barbara tidak bisa minta gaun yang mahal-mahal.
"Namun karena saya cantik dan tidak mudah menyerah kalah, saya bisa menghadapi semua kesulitan. Selama belum menikah hidup saya menyenangkan. Saya berkenalan dengan orang-orang yang menarik dari jaman itu dan tak lama kemudian saya termasuk dalam golongan "bright young people", anak muda di London yang menonjol.
Saya dipinang 49 kali dan dua kali bertunangan, tetapi kedua-duanya gagal. Saya akhirnya menikah tahun 1936."
Baca Juga : Gara-gara Donald Trump, Novel 1984 Karya George Orwell Mendadak Jadi Best-Seller
Selama perang dunia II Barbara kehilangan kedua saudara laki-lakinya. Ini merupakan pukulan berat baginya. "Saya telah mengalami kesenangan dan kesedihan, sukses dan kekecewaan."
Saya telah melihat segi gelap dari hidup ini, tetapi saya tidak mau hidup lain. Setiap saat telah saya jalani dengan penuh perasaan.
Tidak ada wanita yang betul-betul jelek.
"Peran utama wanita dalam roman-roman saya selalu orang yang jujur, manis dan tidak tahu apa-apa. Namun prianya justru sebaliknya.
"Soalnya pria dan wanita memang lain sekali. Sudan jelas bahwa pria bisa berhubungan dengan wanita tanpa ada perasaan apa-apa. Seorang wanita tidak mungkin. Kalau ia berhubungan seks dengan seseorang, ia tidak bisa melakukannya tanpa emosi.
Baca Juga : Persian Brides, Novel Kisah Cinta Yahudi-Arab yang Dilarang Beredar di Israel
Hubungan cinta meninggalkan bekas mendalam di dalam hatinya. Maka dari itu sebaiknya wanita tetap perawan sampai ia menikah."
Ia melihat kepada saya karena wajah saya penuh keheranan. Lalu ia menyatakan bahwa wanita itu bunga dalam pernikahan: "Mereka harus memberi keindahan dan romantik kepada suaminya. Karena itu wanita harus feminin dan harus tetap demikian.
Saya mempunyai contoh yang bagus: Indira Gandhi, teman baik saya. Ia tetap wanita bagaimana pun juga. Saya pernah mengunjunginya padahal saya tahu dia sibuk sekali. Ia bergegas masuk ruangan dan tahukah Anda apa yang pertama dia katakan kepada saya?"
Barbara, maaf, saya tidak mempunyai waktu untuk berganti sari, padahal saya tahu kau tidak suka warna coklat."
Baca Juga : Stephenie Meyer, Penulis Novel Terkenal Twilight yang Membuat Bella Swan Berubah jadi Pria
Lalu apa yang harus dilakukan oleh wanita yang menganggap dirinya buruk. Wanita cantik hidupnya lebih mudah daripada yang buruk? "Saya tidak setuju. Setiap wanita ada segi bagusnya, sesuatu yang menarik.
Waktu saya masih muda misalnya, saya sama sekali tidak cantik. Tetapi ibuku selalu mengatakan: Barbara memang bukan gadis paling cantik tetapi kakinya bagus. Dia bisa berjalan dengan kaki di atas.
Yang membuat wanita menarik ialah apa yang dipancarkan, charmenya. Ditambah lagi wanita yang katanya buruk itu biasanya berusaha untuk memperindah diri. Akibatnya mereka lebih cepat mendapat jodoh dari wanita cantik.
"Juga penting untuk tidak meniru orang. Tetaplah apa adanya. Meniru orang membuat orang tidak pasti dan sekaligus tidak menarik. Selama hidup saya, ya saya ini beginilah, dan saya tidak menyesal."
Baca Juga : Ernest Vincent Wright, Menulis Novel Gadsby dengan Tidak Sekali pun Memakai Huruf E
Masih ada yang ingin ditemui
Bagaimana pendapat Anda mengenai wanita?
"Saya lebih suka pria. Mereka teman yang lebih baik." la tertawa sebentar: "Pacar yang baik. Ditambah lagi mereka lebih cerdas. Dengan pria saya bisa berbicara tentang hal-hal yang ada artinya. Dengan wanita tidak mungkin. Mereka lebih suka berbicara tentang tetek bengek. Tetapi tidak apa-apa.
Wanita memang mempunyai perannya sendiri dan ia harus tetap begitu. Saya sendiri senang bahwa saya seorang wanita. Saya menikmati kalau pria heboh karena saya dan kehilangan kepalanya. Pria bisa memberi perasaan kepada wanita bahwa mereka hebat. Itulah yang juga saya tulis dalam roman-roman saya. Karena itu saya sukses.
Baca Juga : Jangan Terlalu Sering Membaca Novel Romantis!
"Terus terang saya pernah membaca buku saya sendiri selama di rumah sakit. Saya merasa bertambah segar."
Rupanya Barbara lelah setelah percakapan panjang itu.
"Hari ini saya tidak bisa bekerja lagi. Anda mengacaukan jadwal saya. Tetapi tidak apa.” Dengan anjing peking di tangannya ia mengantarkan saya ke pintu depan yang besar.
“Tahu apa yang saya sesalkan,” kata Barbara Cartland waktu saya minta diri. “Bahwa di seluruh dunia tidak ada orang yang menarik lagi. Tokoh-tokoh eksentrik yang pada tahun duapuluh dan tiga puluhan masih banyak di Inggris tidak ada lagi.”
Ia menghela napas panjang. “Sebetulnya masih satu yang ingin saya temui,” ia menambahkan. “Tuhan. Tetapi tiga tahun lagi kami pasti bertemu.” (Libelle 22 Juni 1979)
Baca Juga : Novel Fifty Shades of Grey Picu Cedera karena Penggunaan Sex Toys Melonjak