Intisari-Online.com -Kasus pelarangan buku masih kerap terjadi di beberapa negara, salah satunya adalah Israel. Dilansir dari Hareetz, Kementerian Pendidikan Israel melarang dimasukkannya novel kisah cinta Yahudi-Arab berjudul Persian Brides (diterjemahkan ke bahasa Indonesia dengan judul Kehidupan Perbatasan) ke dalam kurikulum pendidikan Israel. Tak ayal, keputusan ini memicu kecaman dari pelbagai kalangan terutama para pegiat literasi.
Yang lebih ironis, tidak ada alasan spesifik yang dikemukakan kenapa novel ini dilarang. Kementerian Pendidikan hanya menyebutkan bahwa setelah dikaji baik aspek positif maupun negatif, akhirnya diputuskan buku karya Dorit Rabinyan tersebut tak bisa dipakai sebagai bahan pelajaran.
Pejabat Kementerian Pendidikan, Dalia Penig, mengatakan, salah satu alasannya adalah buku ini "mengancam perlunya pemisahan identitas" antara orang-orang Arab dan Yahudi. “Hubungan yang sangat dekat antara orang Yahudi dan Arab dianggap banyak pihak di masyarakat sebagai ancaman pemisahan identitas,” ujarnya.
Seperti disinggung di awal, keputusan ini mendapat kecaman dari beberapa tokoh kebudayaan Israel, di antaranya adalah Alon Idan, yang mengatakan keputusan tersebut mencerminkan bahwa pemerintah ingin menjaga kemurnian darah Yahudi. “Sekarang kita tahu orang-orang Arab dan Yahudi dilarang menjalin hubungan percintaan,” kata Idan seperti dikutip kantor berita AFP.
Untuk diketahui, novel tersebut bercerita tentang seorang penerjemah Israel yang jatuh cinta kepada seniman Palestina di New York. Kisah asmara ini tak berakhir bahagia karena penerjemah tersebut kembali ke Tel Aviv, sementara sang seniman pulang ke Ramallah di Tepi Barat. Selain itu, novel ini juga menjadi salah satu pemenang penghargaan kesusasteraan karya-karya berbahasa Ibrani.(Kompas.com)