Find Us On Social Media :

Abraham Lincoln: Pemimpin Itu Bukan Pemimpi yang Terbangun dari Tidur

By K. Tatik Wardayati, Rabu, 3 Oktober 2018 | 16:30 WIB

Baca Juga : Berkat Suara Intuisi, Abraham Lincoln Menghapuskan Perbudakan di AS

la menantang Presiden Polk untuk membuktikan kebenaran alasan yang digunakan Polk, yaitu Meksiko telah membunuhi orang-orang AS di wilayah AS sendiri.

Kritik kerasnya itu tidak mendapat dukungan di parlemen.  Bahkan ia kemudian kehilangan simpati dari warga di negara bagiannya sendiri.

Selepas dari masa keanggotaannya di DPR, Lincoln meneruskan kerja politiknya dengan menjadi tim sukses calon presiden Zachary Taylor pada 1848. Banting tulang Lincoln dan timnya tidak sia-sia, Taylor berhasil menduduki kursi presiden.

Pada masa akhir pemerintahan Taylor, Lincoln sempat ditawari untuk menduduki jabatan gubernur di Oregon. Tetapi Lincoln menolaknya dan lebih memilih melanjutkan profesinya sebagai pengacara.

Baca Juga : Lincoln dan Gadis Kecil

Terdongkrak pidato mengesankan

Pekerjaan sebagai pengacara membuat Lincoln, untuk sementara, "tersingkirkan" dari kehidupan politik. la berpraktik sebagai pengacara dari pengadilan di satu tempat ke tempat lain.

Namun suatu ketika, kangennya pada dunia politik pecah juga. Pada 1854 (saat itu umurnya 45 tahun), Lincoln kembali ke tengah publik untuk menentang praktik perbudakan.

la berpidato di tengah-tengah massa dengan mengangkat nilai-nilai moral, politik, dan ekonomi sebagai argumen terhadap praktik perbudakan. Pidato tanggal 16 Oktober 1854 itu sangat mengesankan dan dikenal sebagai "Peoria speech".

Seusai pidato itu, nama Lincoln kembali berkibar di dunia politik. Berkat pandangan-pandangan Lincoln tentang hidup dalam kesetaraan, ia mulai dikenal publik dan pelaku politik sebagai tokoh perlawanan atas praktek perbudakan.

Baca Juga : Rahasia dalam Jam Saku Abraham Lincoln