Find Us On Social Media :

Abraham Lincoln: Pemimpin Itu Bukan Pemimpi yang Terbangun dari Tidur

By K. Tatik Wardayati, Rabu, 3 Oktober 2018 | 16:30 WIB

Intisari-Online.com – Bagi rakyat Amerika Serikat, Abraham Lincoln (1809 - 1865) bukan sekadar bapak bangsa yang berani dan teguh memperjuangkan kesetaraan. Tapi juga pemimpin yang karakternya dimatangkan oleh asam garam keberhasilan dan kegagalan.

Tak salah ia didapuk sebagai Presiden AS terhebat sepanjang sejarah. Simak tulisan Willy Purna Samadhi, Abraham Lincoln Politisi Tak Kenal Jeri, seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi April 2009.

Butuh waktu bertahun-tahun buat Lincoln dalam meniti kerja politiknya, hingga akhirnya terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat ke-16. Kegagalan bukan cuma satu dua kali ia alami, tapi semuanya tak membuatnya mundur.

Justru kesaratan pengalaman itulah yang akhirnya mengantarkan dia sebagai presiden yang disegani.

Baca Juga : Konyol, Ternyata Ada Alasan Lucu Mengapa Abraham Lincoln Menumbuhkan Janggutnya

Sebagai politisi, Lincoln banyak menyampaikan pandangan teguhnya menyangkut kesetaraan, antiperbudakan, juga soal campur tangan pemerintah saat mekanisme pasar gagal.

Prinsip dan pandangan-pandangan Lincoln perihal kesetaraan dan antiperbudakan boleh jadi dipengaruhi oleh latar belakangnya sebagai "orang biasa".

Kedua orangtua Abe Lincoln - begitu ia akrab disapa – Thomas Lincoln dan Nancy Hanks adalah budak yang tak pernah mengecap bangku sekolah.

Lincoln sendiri dilahirkan di sebuah rumah kecil (banyak juga yang menyebutnya gubuk) di selatan Hardin County, Kentucky, pada 12 Februari 1809. Mereka sempat pindah ke Indiana, sebelum akhirnya Lincoln pergi ke Illinois untuk memulai hidup baru.

Baca Juga : Kejujuran dan Kesopanan Abraham Lincoln Ini Dijamin akan Menginspirasi Kita dalam Menjalani Kehidupan yang Lebih Bermakna

Nancy Hanks meninggal karena sakit, ketika Lincoln baru sembilan tahun. Beruntung, Thomas berhasil mendapatkan ibu baru yang tak kalah baik dari Hanks. Namanya Sarah Bush Johnston.

Belakangan Lincoln mengakui, ia sangat kompak dengan ibu tirinya itu. Justru dengan bapak kandungnya sendiri, hubungan Lincoln tak terlalu dekat.

Kendati tumbuh dari keluarga miskin, ia berhasil mengenyam pendidikan (meski cuma sekitar setahun). Sadar pada keterbatasannya  dalam memperoleh pendidikan yang lebih tinggi, Lincoln mencoba mendapatkan sebanyak mungkin bahan bacaan dan menggali ilmu dari banyak sumber.