Find Us On Social Media :

Perang Inggris – Argentina yang Hanya 74 Hari demi Berebut Pulau Penuh Ratusan Ribu Domba

By K. Tatik Wardayati, Selasa, 25 September 2018 | 13:30 WIB

Perang lawan kesepian

Wakil pemerintah Inggris di  pulau itu adalah seorang gubernur. Yang bertugas sekarang ini adalah William Fullerton, mantan duta besar Inggris untuk Somalia. Ia tinggal di sebuah rumah megah di alun-alun. Di atas atap berkibar bendera Inggris, di dinding ruangan kenanya terpampang foto Ratu Elizabeth.  Tak lupa sebuah Majalah Times selalu tergeletak di atas meja.

Seperti gubernur-gubernur Inggris yang lain, ia mengenakan topi bulu dan seragam pada kesempatan-kesempatan resmi. Selain itu ia juga naik taksi, London yang berwarna merah, kendaraan praktis bagi gubernur Inggris karena topinya bisa tetap dipakai tanpa takut hiasannya patah.

"Tak ada beda antara Wales dan Kepulauan Falkland. Keduanya tetap bagian dari Inggris. Kami wajib menjaga wilayah Inggris dari serangan musuh. Port Stanley menyenangkan," katanya.

Baca Juga : Dulu Kaum Yahudi Hampir Memilih Argentina Sebagai Tanah Air, Bukan Palestina

Namun, beberapa pendahulunya tidak sependapat. Arthur, salah seorang gubemur, suka memukul-mukul boneka penguin yang empuk untuk melampiaskan rasa frustrasi. Sementara yang lain ada yang mengubah tamannya menjadi kebun kol.

“Orang harus bisa menyesuaikan diri dengan pulau ini, baru akan terasa menyenangkan," kata Fullerton. Caranya? Uhtuk membunuh rasa sepi, ia berteman dengan seekor domba betina bernama Ruth. Binatang ini selalu merumput di bekas kebun kol!

Masyarakat Falkland amat memperhatikan urusan kerohanian. Kota Stanley memiliki sebuah katedral Anglikan, sebuah cabang sekte Bahai, sebuah gereja Protestan Skotlandia, dan sebuah gereja Katolik. Di situ bisa juga ditemui Uskup Agrier dari Brixen, Tirol Selatan. Beliau dikirim ke Falkland untuk melayani 200 umat Katolik.

Sambil minum teh di muka perapian, Agrier menceritakan bahwa pulau itu sudah menjadi koloni Inggris sejak tahun 1833. Penduduknya, seluruhnya orang Anglo Saxon, tidak pernah merasa dijajah karena mereka berkulit putih.

Baca Juga : Berniat Tenangkan Pasar, Presiden Argentina Malah Buat Blunder yang Bikin Rakyat Panik

Apalagi  sebelum adanya landreform, sepuluh orang penduduk pulau itu sudah menjadi tuan tanah yang juga menguasai tanah-tanah di luar pulau.

"Kesuraman ada di mana-mana,” kata Antoine de Bougainville, seorang warga Prancis yang gagal mempertahankan kepulauan itu dari tangan Inggris. Oleh penjajah baru inilah tahun 1764 permukiman pertama di bagian Falkland mulai dibangun.