Find Us On Social Media :

Perang Inggris – Argentina yang Hanya 74 Hari demi Berebut Pulau Penuh Ratusan Ribu Domba

By K. Tatik Wardayati, Selasa, 25 September 2018 | 13:30 WIB

Kawasan ini semula  memang dikuasai kolonial-kolonial Eropa. Namun kini, yang ada tinggal tanah seluas beberapa km2. Daerah ini kini menjadi pos luar paling selatan dari Eropa.

Baca Juga : Buenos Aires, Ibukota Argentina yang Kantor Kepresidenannya Beraura Feminim dan Berwarna Pink!

Stanley dihuni 1.200 jiwa. Dilihat dari kursi pesawat, rumah-rumah penduduk Malvinas berbentuk seperti peti kemas dengan atap seng gelombang. Penduduknya jarang berjalan kaki. Semua trayek ditempuh naik Land Rover.

Di situ juga terdapat sebuah rumah sakit, sebuah pasar swaIayan, sebuah videotek, kolam renang, lapangan bola yang curam, sebuah sekolah, dua buah tugu peringatan perang dan sebuah museum yang memamerkan gramofon kuno dari Leipzig.

Sebelum perang melawan Argentina pada tahun 1982, Malvinas cuma dilindungi 40 tentara. Kini, tempat itu  malah jadi basis bagi tentara keamanan dari 700 koloni negara-negara Eropa. Seribu enam ratus tentara bertugas di situ selama 4 bulan.

Mereka datang dari seluruh penjuru Inggris. Toh, penempatan tentara bukannya bersih dari masalah. Selain warisan ranjau Argentina yang masih berserakan, penduduk sipil daerah itu nampaknya tidak begitu ramah dengan kehadiran tentara bersenjata. Para prajurit  yang dilanda rindu kampung halaman disambut dingin oleh penduduk.

Baca Juga : 66 Tahun Pimpin Inggris, Ini 4 Alasan Mengapa Ratu Elizabeth II Belum Mau Melepaskan Takhtanya

Setiap harinya, 19 polisi siap bertugas di Stanley. "Kami memburu penjahat dengan Land Rover, naik kuda, naik kapal atau helikopter," kata Kepala Polisi Kenneth Greenland. Meski saat itu ada 13 sel yang baru saja kosong. "Tapi sebentar lagi juga pasti penuh." Rupanya, banyak penjahat berkeliaran!

"Saya tengah mencanangkan kampanye antimabuk. Menurut aturan, orang tidak boleh mabuk saat berkendaraan di jalan raya. Sayangnya, di sini cuma ada satu jalan raya. Sebagian besar orang suka berlintas alam. Makanya mereka sering mabuk-mabukan. Itu yang hendak kami ubah," katanya lagi.

Kebiasaan bermabuk-mabukan bisa dilihat di Globe Pub. Suatu hari Lil Johnson, sang pemilik, mengusir ke luar tamunya yang sempoyongan. Sementara di Victory Bar, Ian, seorang tentara Inggris, mabuk sambil berteriak-teriak. "Buat apa saya berjuang? Buat setumpukan karang dan segerombolan manusia tak tahu terima kasih!"

la pun diusir keluar. Sumpah serapahnya berhamburan. "Moga-moga kalian diserang Argentina!" teriaknya lagi.

Baca Juga : Di Argentina, Kebiasaan Makan Daging Panggang Pun Jadi Alat Propaganda Rezim Militer