Find Us On Social Media :

Perang Inggris – Argentina yang Hanya 74 Hari demi Berebut Pulau Penuh Ratusan Ribu Domba

By K. Tatik Wardayati, Selasa, 25 September 2018 | 13:30 WIB

Tujuh tahun kemudian setelah bagian barat Falkland dinamai Union Jack, Samuel Johnson, seorang Inggris, menulis, “Inilah kepulauan yang berangin kencang di musim dingin, tapi kering di musim panas dan tak pernah menarik perhatian orang dari Selatan.”

Kesan “tidak berguna” dari pulau ini sebenarnya sudah pernah diucapkan orang Inggris pertama, John Strong, yang mendarat tahun 1690, "Tak ada kayu," katanya sambil meneruskan pelayaran.

Baca Juga : Inggris Kaget! Kapal Selam Nuklir Rusia Masuk ke Perairan Mereka Tanpa Terdeteksi Radar

Sisa kenangan perang

Satu-satunya hal yang baik tentang Falkland cuma karangan penduduknya sendiri. Dalam sebuah brosur yang bisa diambil di biro perjalanan di Stanley, tertulis bahwa makanan di situ paling enak di dunia, gaya hidup warganya unik dan mereka ramah serta hangat.

Mayor Ewen Southby-Tailyour dari  asukan  marinir Inggris menulis  kebalikannya pada akhir tahun tujuh puluhan. "Mereka pemabuk, terkebelakang dan tak bermoral.”

Hubungan antarpulau bisa dilakukan lewat udara. Orang-orang di sana menyebut pulau- pulau lain di luar Stanley adalah camp. Di Pulau Pebble bisa dijumpai penguin yang meleter, gajah laut yang gendut dan turis yang memperhatikan burung lewat teropong dalam jarak 13.000 km sambil mencocokkan jenisnya yang tertera dalam daftar.

Malam hari, orang bisa duduk di sekeliling api unggun sambil membaca Penguin News dan minum wiski.

Baca Juga : Sam Kucing yang 3 Kali Selamat dari Kapal Tenggelam, Termasuk Saat Digempur Kapal Inggris

Di sebuah peternakan di Goose Green, pasangan serasi Brooke, peternak sapi, dan Eileen Hardcastle, seorang guru keliling, merasakan adanya perubahan gaya hidup di kepulauan itu. Tiga puluh tahun yang lalu, Eileen selalu ditemani Brooke berkelilihg desa. Kini, sang guru sudah naik pesawat atau mengajar  lewat radio.

Brooke memperlihaikan makam yang ditandai 260 kayu salib. Di nisan itu cuma tertera, ''Seorang serdadu Argentina yang dikenal Tuhan." Sebagian besar mati muda.

Pantai Sea Lion Island, bekas ajang perang Inggris - Argentina lokasi tenggelamnya kapal perusak Sheffield, serin kali didatangi keluargar-keluarga korban perang. Seperti siang itu seorang ibu berziarah di pinggir pantai.

"Waktu perang pecah, saya sama sekali tidak tahu di mana letak Falkland!" katanya mengeluh. la lalu meninggalkan secarik kertas di tugu Sheffield, "Adrian, ayahmu  dan aku kehilangan dirimu dan tak dapat melupakanmu." Penduduk yang melihatnya hanya bisa merasa kasihan.

Baca Juga : Meski Kalah Dalam Pertempuran, Pasukan Argentina Malah Dipuji Pasukan Elite Inggris yang Menaklukkanya

Perang Malvinas digambarkan oleh penulis Argentina, Jorge Luis Borges sebagai "perang rebutan sisir antara dua orang botak". Barangkali pernyataan satiris ini ada benarnya. Toh setelah memenangkan perang, Inggris pun tidak mendapatkan apa-apa kecuali kehilangan ratusan prajurit terbaik dan beberapa kapal perang modernnya.

Begitu pula di pihak Argentina. Buktinya kepulauan itu fungsinya hanya sebagai batu loncatan ke Antartika  dan pintu keluar-masuk sekitar Kap Horn.

Peristiwa pahit memang sudah berlalu puluhan tahun yang lalu. Tapi, kalau tentara Inggris ditanya apa arti Falkland buat mereka, inilah jawabannya. "Falkland bagi orang Inggris tak lebih dari cari-cari urusan saja," katanya. (Stefanie Rosenkrani/tje)

Baca Juga : Ketika Pasukan Komando Inggris Membantai Tentara Argentina dalam Perang Brutal di Falkland pada 1982