Find Us On Social Media :

Tentara Pecinta, Pasukan Elit Yunani yang Terdiri dari 150 Pasangan Homoseksual

By Muflika Nur Fuaddah, Sabtu, 22 September 2018 | 12:00 WIB

Intisari-Online.com- Seperti tentara besar lainnya, Sparta juga tentunya menyaksikan beberapa pertempuran di medan perang.

Misalnya saja pertempuran Tegyra pada 375 SM, yang terjadi antara Sparta dan Yunani.

Sparta yang berjumlah seribu orang diketahui dapat digempur oleh pasukan kecil 300 gerombolan orang-orang 'sakti' Tentara Pecinta.

Pertempuran itu terjadi di dekat kuil Apollo di wilayah itu dengan Tentara Pecinta yang dipimpin oleh Pelopidas.

Baca Juga : Athena Vs Sparta, Perang Terlama dalam Sejarah yang Berakhir dengan Kehancuran untuk Kedua Negara

Dengan jumlahnya yang sedikit, Tentara Pecinta bertemu dengan pasukan Sparta yang besar.

Pertemuan itu awalnya terlihat seperti mimpi buruk bagi Yunani.

Namun, Pelopidas memerintahkan pasukan kavaleri untuk memukul sisi musuh dan mengelompokkan hoplites-nya ke dalam formasi unit yang padat.

Berperang dengan berani, pasukan Yunani ini tampak tak terkalahkan.

Baca Juga : Inilah Pertempuran Laut Salamis, Saat Persia 'Keok' di Hadapan Yunani

Mereka berhasil mematahkan pertahanan Sparta dan membunuh pemimpinnya dengan cepat.

Perlawanan itu kemudian menjadi kemenangan yang luar biasa bagi Yunani.

Pelopidas bahkan akan dapat memanfaatkan pasukannya itu untuk setiap pertempuran militer yang akan datang.

Tapi siapa sebenarnya orang-orang yang berani bertarung ini?

Baca Juga : Negara Tetangga Indonesia Ini Kini Masuk dalam Daftar Negara Miskin, Kok Bisa?

Menurut sejarawan dan sumber-sumber kuno, semua pasukan ini adalah pecinta homoseksual.

Terdiri dari 150 pasangan yang sangat terlatih.

Pembentukan kekuatan yang luar biasa ini dikreditkan kepada Gorgidas, pejabat Boeotia, pada 376 SM.

Plutarch, sejarawan Yunani mengemukakan bahwa Gorgidas sendiri secara pribadi memilih pasangan Tentara Pecinta.

Baca Juga : Kesal Kudanya Dimakan Buaya, Nenek Ini Nekat Tangkap Buaya dan Ingin Memakan Dagingnya

Masing-masing terdiri dari pasangan yang lebih tua (erastes) dan yang lebih muda (eromenos).

Perbedaan usia antara erastes dan eromenos dalam unit ini tidak begitu signifikan.

Masing-masing dari mereka adalah pegulat, penari, dan penunggang kuda yang pandai, dan dipilih berdasarkan kemampuan mereka untuk bertarung.

Ketika Pelopidas mengambil kendali pasukan, ia mengubah 300 orang itu menjadi unit tempur pasukan elit.

Baca Juga : Meski Jadi Konglomerat Sukses, Jack Ma Justru Tak Ingin Orang Lain Menjadi Seperti Dirinya, Kok Bisa?

Dalam pertempuran, mereka secara khusus diperintahkan untuk membantai musuh yang memiliki posisi penting.

Begitu juga saat menghadapi Spartan.

Namun, di antara sejarawan, salah satu pertanyaan yang paling diperdebatkan adalah apakah laki-laki ini benar-benar semua homoseksual.

Hubungan seks sesama jenis sendiri adalah hal yang wajar secara moral dan dapat diterima pada zaman Yunani kuno.

Baca Juga : Sempat Malu dan Dicemooh, Ketut Bunny Kini Bangga Menjadi 'Ayah Hello Kitty Pink'

Plutarch pun berkomentar bahwa sebuah pasukan yang dilandaskan atas persahabatan yang didasarkan pada cinta tidak pernah rusak dan tak tak terkalahkan.

Karena para kekasih akan malu dihadapan kekasihnya jika mereka lemah dan akan segera rela bergegas menuju mara bahaya untuk membantu satu sama lain.

Baca Juga : Mengeluh Sakit, Wanita Ini Kejutkan Dokter Setelah Kura-kura Mati Ditemukan dalam Organ Intimnya