Advertorial

Gajah Perang, Tank Tempur nan Perkasa dalam Sejarah Militer Kuno

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah
Ade Sulaeman

Tim Redaksi

Selain zirah, gading gajak dipasangi dengan senjata tajam bergerigi yang terkadang dibaluri dengan racun mematikan.
Selain zirah, gading gajak dipasangi dengan senjata tajam bergerigi yang terkadang dibaluri dengan racun mematikan.

Intisari-Online.com- Pasukan kavaleri (berkuda) nampaknya telah diromantisasi dalam budaya barat.

Dari kesatria-kesatria Eropa, sampai pasukan Amerika abad ke-19, terhadap perang di Afghanistan, ketertarikan dengan kuda sebagai hewan perang berlanjut hingga hari ini dalam budaya populer.

Tetapi jika Anda bergeser ke timur, gajah perang berkuasa di garis depan pada beberapa pertempuran terbesar dalam sejarah kuno.

Gajah perang seperti menempati posisi tank tempur pada zamannya.

Baca Juga:BPOM Resmi Nyatakan Susu Kental Manis Tak Mengandung Susu: Ini Risiko Penyakit Berbahaya di Balik Susu Kental Manis

Hewan besar ini sering dikirim menuju garis musuh, dan tidak seperti kuda, tombak dan pisau biasa tidak sungguh-sungguh menyakitinya.

Untuk meningkatkan daya tahannya, gajah perang ini dibuat semematikan mungkin.

Termasuk melapisinya dengan baju zirah/ armor super lebar.

Baca Juga:Mulai Sekarang, Berhenti Makan Nasi Bersama Mi Instan, Akibatnya Bisa Sangat Berbahaya!

Armor ini ditampilkan pada model gajah seukuran manusia di Galeri Oriental di Museum Nasional Senjata Kerajaan dan Armor di Leeds, Inggris.

Set alat perang khusus ini dibawa ke Inggris oleh istri dari penguasa kedua Clive, yang adalah gubernur Madras, India, pada 1801.

Dirancang bagi gajah Asia dewasa pada abad ke-16, logam-logamnya juga dihias dengan ukiran berbagai hewan.

Armor ini berasal dari India Utara selama Kekaisaran Mughal, dan terdiri dari 5.840 lempengan logam seberat sekitar 260 kilogram.

Baca Juga:Ayah Ini Rahasiakan Pekerjaannya karena Tak Ingin Anaknya Malu, Hingga Suatu Hari Kebenaran Terungkap

Selain zirah, gading gajak dipasangi dengan senjata tajam bergerigi yang terkadang dibaluri dengan racun mematikan.

Penggunaan gajah perang sudah ada sejak abad ke-4 SM, kemungkinan dari India.

Dari sana penggunaan gajah sebagai senjata disebarkan selama berabad-abad dan akhirnya berkisar sejauh barat Mediterania.

Baca Juga:Nasib Jadi Teman-teman Ratu Elizabeth, Tak Boleh Pulang Sebelum Ratu Pulang Bila Mereka Bertemu

Kerja taktis gajah di medan perang juga memainkan peran utama dalam penaklukkan Alexander Agung.

Ratusan tahun kemudian, orang-orang Romawi juga menempatkan gajah perang, termasuk dalam penaklukan Yunani.

Penemuan dan pengenalan terhadap mesiu lah yang akhirnya menurunkan perlahan penggunaan gajah perang.

Namun proses ini berlangsung lambat.

Baca Juga:Tak Terkalahkan, Apa Kekuatan sekaligus Kelemahan Prajurit Lapis Baja Persia Kuno Berikut Kuda Perang yang Mereka Tunggangi?

Bahkan, Presiden Abraham Lincoln pernah ditawari gajah untuk digunakan melawan Konfederasi selama Perang Sipil oleh Raja Siam, yang ditolak dengan sopan.

Penggunaan gajah perang terakhir sebagai pasukan garis depan nampaknya adalah saat Perang Tiongkok-Perancis pada 1885.

Penggunaan tembakan meriam dalam pertempuran membuat kinerja gajah agak terpinggirkan.

Baca Juga:Inilah Subutai, Si 'Anjing Perang' dari Kekaisaran Mongol yang Terlupakan

Pada awal 1500-an, gajah mulai menghilang dari pertempuran besar di Asia tengah selatan.

Secara tradisional, gajah perang digunakan untuk menyerang garis musuh.

Mereka bisa menabrak dinding-dinding infanteri yang tampaknya tak tertembus.

Dapat mengobrak-abrik formasi musuh, menyerbu dan memotong prajurit dengan senjata di gadingnya.

Ketika gajah diserang mereka juga akan cenderung tersulut amarahnya, sehingga menggugah kekuatan penghancuran untuk bangun.

Baca Juga:Menjadi Tsar Pertama Rusia, Ini 7 Fakta Menarik Ivan 'the Terrible'

Yang paling penting adalah bahwa keberadaaan gajah dapat menyerang musuh secara psikologis.

Karenakemashyurannya telah menjaditeror yang membuat musuh berputus-asa.

Faktor utama yang membuat peperangan gajah bertahan lama juga karena mereka sangat membantu dalam peperangan sebelum teknologi secanggih sekarang.

Baca Juga:Inilah Zenobia, Ratu Pemberontak yang Memukul-Hancurkan Legiun Romawi yang Legendaris Itu

Mereka dapat dijadikan jembatan atau alat pengangkut material jarak jauh.

Namun, mereka akan paling diingat atas kontribusi dapat menghancurkan musuh dalam medan perang.

Berbeda dengan dahulu, sekarang kita hanya dapat membayangkan bagaimana rasanya menjadi seorang prajurit menghadapi makhluk raksasa yan marah dan sangat mengacaukan.

Baca Juga:Inilah Alasan kenapa Ratu Bajak Laut Muslim Sayyida al-Hurra Menjadi Musuh Nomor 1 Monarki Kristen Eropa

Artikel Terkait