Find Us On Social Media :

Budaya 'Jatuhkan Palu', Saat Bangsa Viking Akhiri Pesta dengan Saling Mencaci

By Muflika Nur Fuaddah, Minggu, 2 September 2018 | 10:45 WIB

Oleh karena itu, seperti banyak kelompok suku lainnya di seluruh dunia, bangsa Viking mengandalkan ingatan.

Baca Juga: Jack Ma di Indonesia: Ini Isi Surat Inspiratif Sang 'Manusia Rp570 Triliun' untuk Anaknya

Adalah para skalds yang menuliskannya menjadi puisi atau lagu berdasarkan peristiwa-peristiwa besar.

Disebut sebagai 'flyting' atau semacam provokasi, tradisi ini hidup dalam makian semi lelucon.

Sebagian besar peserta sebelumnya telah tahu seperti apa aturannya, dan batasan mana yang tak boleh dilanggar.

Kebanyakan orang menganggap Viking sebagai bangsa liar yang menjawab segala provokasi apa pun dengan kekerasan, namun ternyata tidak.

Baca Juga: Ada 'Bom Waktu' Tersembunyi di Bawah Samudra Arktik yang Siap 'Meledak' Suatu Saat

Sementara 'flyting' hanya dimainkan antara sesama teman, bukan orang asing.

Untuk membuat hal-hal lebih menarik dan mudah diingat, Viking di Skandinavia dan Anglo-Saxon di Inggris menggunakan "kennings."

Yakni ekspresi majemuk dengan makna metaforis.

Misalnya, "pelancong gelombang" yang berarti perahu. "Di tengah-tengah perisai-badai" bisa berarti "di tengah-tengah pertempuran."

Dengan permainan ini mungkin seorang pejuang Viking telah "menjatuhkan palunya."

Baca Juga: 49 Tahun Revolusi Al-Fateh: Moammar Khadafy Pernah Simpan Kepala Musuhnya dalam Kulkas