Find Us On Social Media :

Budaya 'Jatuhkan Palu', Saat Bangsa Viking Akhiri Pesta dengan Saling Mencaci

By Muflika Nur Fuaddah, Minggu, 2 September 2018 | 10:45 WIB

Intisari-Online.com- Pada 976 SM Norwegia: Ruangan sesak penuh asap.

Dua laki-laki di atas panggung yang tinggi, berkeringat di bawah lampu untuk minum dikerumuni banyak orang yang menghampiri.

Orang pertama berbicara: “Halfdan, ibumu sangat jelek. Saat ayahnya meminta Raksasa untuk mengawininya, Raksasa itu akan membayar dan menyuruhnya pulang!" kemudian diakhiri dengan tawa.

Pria kedua menjawab: "Oh ya? Ibumu sangat gemuk!"

Baca Juga: Isabel, Si Gadis Ayam yang Dikurung Ibunya dalam Kandang Sejak Bayi

Ya, budaya Viking, sama seperti bangsa lain di seluruh dunia, memainkan penghinaan di pesta-pesta meski berakhir dengan damai.

Salah satu frasa populer saat ini adalah “Drop the mic" (jatuhkan mikrofonnya), saat seseorang membuat pukulan kata-kata yang tak dapat dilawan lagi.

Sementara pepatah lain dengan arti yang sama meneriakkan “Drop the hammer” (jatuhkan palunya).

Mungkinkah Viking sebenarnya telah menjadi orang pertama yang menggunakan kalimat "jatuhkan palunya"?

Baca Juga: Banyak yang Salah Kira, Hartono Mall Bukan Milik Keluarga Djarum tapi Pengusaha Sukses Asal Solo

Kata-kata itu bisa jadi memiliki makna lain atau ganda.

Namun, budaya Viking adalah pra-terpelajar.

Mereka menggunakan sajak yang diketahui beberapa orang, tapi simbol-simbol ini tidak cukup dapat menyampaikan makna sebenarnya.