Find Us On Social Media :

Lenin, Membuat Sejarah 'Berdarah' Berulang Terus di Rusia

By K. Tatik Wardayati, Selasa, 11 September 2018 | 16:15 WIB

Baca juga: Turki Tetap Bersikukuh Beli Sistem Rudal S-400 dari Rusia, AS pun Semakin Kuat Menentang

Tanggal 30 Desember 1922, berdirilah Republik Sosialis Uni Soviet. Pemerintahan ini terdiri dari  perserikatan 15 republik kecil yang tersebar dataran Soviet: Armenia, Azerbaijan, Belorusia, Estonia, Georgia, Kazakhstan, Kirgisia, Latvia, Lithuania, Moldavia, Rusia, Tadjikistan, Turkmenistan, Ukraina, dan Uzbekistan.

Pada masa itu, Lenin menjadi pemimpin Rusia. Dua tahun kemudian, Lenin meninggal dunia, dan digantikan oleh Josef Stalin.

Di bawah pimpinan Stalin, Partai Komunis Rusia berganti nama jadi Partai Komunis Uni Soviet (PKUS). Kedudukan Stalin digantikan oleh Nikita Kruschev. Tahun 1964, Kruschev disingkirkan oleh tim kepemimpinan kolektif di bawah pimpinan Leonid Brezhnev dan Alexei Kosygin.

Setelah Leonid Brezhnev menutup mata, digantikan oleh Yuri V. Andropov. Dan terakhir, Mikhail Gorbachev.

Baca juga:Mulai Digunakan, Inilah Boeing P-8 Poseidon, Pesawat Intai AS yang Paling Ditakuti Rusia-China

Dalam aturan pemerintahan, Politbiro dan Sekretariat Jendral PKUS memegang kendali pemerintahan hari lepas sehari di Uni Soviet. Dan Sekjen inilah yang kemudian jadi figur pemimpin tertinggi Uni Soviet.

Rusia, Sekarang

Rusia jadi bahan pembicaraan hebat, ketika pada tanggal 19 Agustus yang lalu, Sekjen PKUS yang merangkap jadi Presiden Uni Soviet, Mikhail Gorbachev, dikudeta. Artinya, kekuasaannya direbut secara mendadak oleh mereka yang sudah memegang sejumlah kekuatan militer atau pemerintahan.

Dalam kasus ini, kudeta dilakukan oleh Komite Nasional, yang memakai Gennady Yanayev.

Baca juga: Hubungan Dengan Rusia-China Memanas, AS Aktifkan Armada Laut Era Perang Dingin

Berbeda dengan revolusi, yang gerakannya berasal dari rakyat, kudeta datang dari kalangan atas.