Advertorial
Intisari-Online.com - China yang telah mengklaim perairan Laut China Selatan (LCS) sebagai wilayahnya tidak hanya mengerahkan kapal-kapal perang untuk melaksanakan patroli rutin tapi juga membangun sejumlah pangkalan militer.
Pangkalan militer yang dibangun di sejumlah pulau karang yang tersebar di perairan LCS itu yang sebenarnya telah diklaim oleh berbagai negara sebagai wilayahnya oleh China dijadikan seperti ‘kapal induk’.
Selayaknya fasilitas yang dimiliki oleh sebuah kapal induk, pangkalan militer yang dibangun China di LCS merupakan landasan udara (air strip) yang bisa didarati semua jenis pesawat tempur, menjadi pangkalan peluncuran rudal, depot logistik, stasiun radar, pangkalan untuk berlabuhnya kapal-kapal AL China.
Atas pembangunan sejumlah pangkalan di perairan LCS itu dan hadirnya kapal-kapal perang China untuk mengamankan jalur lalu-lintas kapal dagangnya di LCS, militer AS memang merasa sangat terganggu.
Baca juga:Konflik Laut China Selatan: Filipina Ancam Perangi China, Perlukah Indonesia Meniru?
Pasalnya, sebelum diklaim China perairan LCS merupakan jalur laut internasional yang biasa dilintasi kapal-kapal dagang dari berbagai nengara termasuk Indonesia dan menjadi jalur resmi kapal-kapal perang AS milik Armada ke-7 AL AS (US Pasific Command).
Untuk mengantisipasi hadirnya kapal-kapal perang China di LCS, AL AS pun menambah jumlah kapal-kapal perangnya yang berpatroli di LCS termasuk mengerahkan kapal-kapal induknya.
Kadang kapal-kapal perang AS sengaja mendekati pangkalan-pangkalan militer China di LCS dan langsung mendapat peringatan untuk meninggalkan lokasi.
Demi menghadapi bentrokan senjata yang belum waktunya, kapal-kapal perang AS yang sudah dibayang-bayangi oleh kapal perang China pun memilih menghindar.
Tapi AL AS tidak hanya mengerahkan kapal-kapal perangnya untuk menggertak China.
Dilansir dari Business Insider dan Militer China,untuk memata-matai segala kegiatan yang berlangsung di pangkalan-pangkalan militer China di LCS, AL sering melaksanakan penerbangan pengintaian dengan menggunakan pesawat intai Boeing P-8 Poseidon.
Dalam minggu kedua bulan Juli 2018, AL AS bahkan melaksanakan penerbangan mata-mata menggunakan Poseidon sambil membawa wartawan dari CNN.
Sebagai pesawat intai, Poseidon memiliki radar canggih yang bisa memantau secara detil berbagai bangunan, kapal-kapal perang, pesawat tempur, peluncur rudal, dan aktifitas lainnya yang sedang berlangsung di pangkalan-pangkalan militer China di LCS.
Secara militer kehadiran Poseidon untuk memantau pangkalan-pangkalan militer di China sebenarnya telah merupakan ‘peperangan elektronik’ yang sesungguhnya antara AS-China di perairan LCS.
Dengan perangkat kamera pengintai dan radar yang dimiliki, penerbangan mata-mata Poseidon tergolong terbilang aman dan tidak bisa diserang karena masih di jalur penerbangan internasional.
Militer China memang telah memperingatan Poseidon untuk segera menyingkir dari penerbangan mata-matanya.
Tapi karena berada di jalur penerbangan internasional, Poseidon tetap meneruskan penerbangan pengintaiannya.
Baca juga:Bersiap Lawan AS di Laut China Selatan, Militer China Genjot Produksi Jet-Jet Tempur Silumannya
Sebagai pesawat intai militer andalan AL AS, Poseidon memang bukan hanya sekedar pesawat intai karena dilengkapai sejumlah rudal dan bom serta torpedo penghancur kapal perang dan sasaran darat lainnya.
Dengan bom-bom yang dijatuhkannya, jika mau, Poseidon juga bisa menghancurkan pangkalan militer China di perairan LCS.
Namun, Poseidon sebagai intai yang paling ditakuti oleh China dan Rusia hingga saat ini hanya bertugas melaksanakan penerbangan mata-mata saja dan bukan untuk menyerang.
Apalagi penerbangan mata-mata Poseidon masih di di kawasan udara internasional dan tidak dikawal oleh jet-jet tempur AS.
Oleh karena militer China pun hanya sebatas memberikan peringatan untuk mengusir Poseidon tanpa memberikan ancaman untuk diserang menggunakan rudal atau jet tempur.
Baca juga:John McCain Meninggal Karena Kanker Otak: Benarkah Main Ponsel 15 Jam Sehari Bisa Jadi Pemicunya?