Indonesia Ingin ‘Borong’ Sukhoi: Terkait Perubahan Nama Laut China Selatan Jadi Laut Natuna Utara?

Ade Sulaeman

Editor

Jet tempur Su-35
Jet tempur Su-35

Intisari-Online.com - Keinginan Indonesia untuk membeli jet tempur Sukhoi Su-35 dari Rusia sangat beralasan karena dibutuhkan untuk menjaga wilayah kedaulatan NKRI yang demikian luas.

Apalagi Indonesia telah mengumumkan wilayah perairan Natuna sebagai Laut Natuna Utara dan bukan bagian Laut China Selatan lagi.

Pernyataan itu tentunya harus diikuti dengan perkuatan militer untuk menjaganya khususnya dari unsur kekuatan udara.

Apalagi China telah memprotes penamaan Laut Natuna Utara itu.

Sejak China mengklaim Laut China Selatan (LCS) sebagai wilayah perairannya berdasar klaim historis, maka negara-negara yang berada di lintasan LCS mulai kena batunya.

(Baca juga: Indonesia Ubah Nama Laut China Selatan Jadi Laut Natuna Utara, China Langsung Protes)

Perairan LCS yang melewati Filipina, Taiwan, Thailand, Malaysia, Vietnam, Jepang, dan Indonesia, tiba-tiba diklaim China karena telah menjadi jalur sutera laut sejak dulu.

AS dan India sebenarnya juga gerah atas klaim LCS oleh China itu karena kapal-kapal transpornya juga rutin melintasi LCS, terutama kapal-kapal perang Armada Ke-7 AS di Pasifik yang berpangkalan di Jepang (Okinawa).

India dan AS merasa gerah karena kekuatan laut China merupakan tandingan yang memadai jika harus bentrok di perairan LCS.

Sebalinya AL China merasa superior jika dibandingkan dengan kekuatan AL negara-negara Asia Tenggara, termasuk Jepang.

Tapi pertumbuhan ekonomi China yang pesat adalah penentu segalanya karena negara ini secara mental juga ingin menjadi negara superpower seperti AS, minimal di kawasan Asia-Pasifik.

(Baca juga: Lama Jadi Musuh Bebuyutan AS di Laut China Selatan, China Sulit Netral Jika Konflik Korut-AS Meletus)

Kapal induk terbaru pun mulai dibangun oleh China, satu telah operasional, satu lagi nyaris operasional, dan satu lainnya dalam proses pembangunan.

Pembangunan kapal-kapal induk itu jelas ditujukan untuk menghadapi kapal-kapal perang AS atau India.

Sejumlah pangkalan militer yang merupakan titik aju juga telah dibangun China di sepanjang perairan LCS, misalnya di kepulauan Spratley.

Pangkalan militer yang dibangun dengan teknik arsitektur mutakhir (mega struktur) itu merupakan pangkalan untuk bersarangnya kapal-kapal perang, kapal tug boat,kapal penangkap ikan, kapal kargo, landasan jet-jet tempur, dan bahkan pesawat pembom.

Pangkalan itu jelas merupakan front terdepan China untuk menghadapi negara-negara di sepanjang perairan LCS.

(Baca juga: China Mengklaim Menemukan 'Sinkhole' Terdalam di Dunia di Laut China Selatan)

Secara militer China bahkan sudah siap bertindak agresif bukan hanya defensif lagi.

Lalu apakah AL China merupakan ancaman bagi NKRI?

Kasus Natuna telah membuktikan bahwa mereka adalah ancaman potensial.

Untuk itu di Natuna pun akan segera dibangun pangkalan militer ala Pearl Harbour, mengacu kepada pangakalan AL AS di wilayah Hawai, yang pada PDII pernah babak-belur karena dihantam Jepang.

Pearl Harbour pernah berantakan akibat dihantam Jepang melalui gempuran udara masif yang diterbangan dari kapal induk.

Kini China selain terus membangun kapal-kapal induknya, juga telah membangun sejumlah pangkalan aju, yang merupakan pulau kapal induk, di sepanjang perairan LCS.

Superiritas udara telah menunjukkan bahwa kapal-kapal perang sehebat apapun bisa dihancurkan melalui serangn udara seperti di pertempuran Laut Midway dan Laut Atlantik ketika Sekutu berhasil menenggelamkan kapal perang Jerman Bismarck .

Atau di lautan Pasifik ketika pesawat-pesawat tempur AS berhasil menenggelamkan kapal perang raksasa Jepang, Yamato.

Berkaca dari pengalaman perang yang kemenangannya ditentukan oleh superioritas udara itu, seharusnya TNI memang pantas memiliki jet tempur seperti SU-35 atau jet-jet tempur setara SU-35 jika mau lebih handal mempertahankan NKRI.

Pasalnya, posisi jet-jet tempur paling mutakhir hanya stand by di pangkalannya saja telah membuat negara lain, khususnya China jika ingin bikin ulah, harus berpikir dua kali.

Meskipun tidak digunakan untuk berperang, keberadaan jet-jet tempur yang selalu siaga sangat penting untuk menciptakan efek gentar (diterrent effeck ) bagi negara-negara yang berniat menyerang Indonesia.

Artikel Terkait