Advertorial

Hubungan Dengan Rusia-China Memanas, AS Aktifkan Armada Laut Era Perang Dingin

Intisari Online
,
Mentari DP

Tim Redaksi

Dilansir Al Arabiya Sabtu (25/8/2018), pengaktifan Armada Kedua terjadi setelah hubungan AS dengan Rusia dan China mengalami eskalasi.
Dilansir Al Arabiya Sabtu (25/8/2018), pengaktifan Armada Kedua terjadi setelah hubungan AS dengan Rusia dan China mengalami eskalasi.

Intisari-Online.com – Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) mengumumkan bakal mengaktifkan kembali armada yang terkenal di era Perang Dingin.

Dilansir Al Arabiya Sabtu (25/8/2018), pengaktifan Armada Kedua terjadi setelah hubungan AS dengan Rusia dan China mengalami eskalasi.

Dibentuk pada Februari 1950, armada dengan kekuatan 126 kapal perang dan kapal selam, bertugas di kawasan Pesisir Timur dan Samudra Atlantik Utara.

Armada dengan total 90.000 personel itu memainka kunci penting selama Perang Dingin. Antara lain saat Krisis Rudal Kuba 1962.

Baca juga:Deretan Drone Canggih China yang Digunakan Dalam Keperluan Strategi Militer, Amerika Harus Waspada!

Saat itu, kapal dari Armada Kedua melakukan blokade untuk mencegah kapal perang Uni Soviet mengirim rudal balistik ke Kuba.

Armada itu sempat dibubarkan pada 30 September 2011 demi menghemat pengeluaran negara, dan saat itu tensi dengan Rusia berkurang.

Kepala Operasi Angkatan Laut, Laksamana John Richardson, menyebut pembentukan kembali armada dibutuhkan untuk merespon situasi yang begitu dinamis.

"Armada Kedua ini bakal menjadi ujung tombak kami dalam mempertahankan superioritas maritim AS," tutur Richardson dalam upacara pembukaan.

"Dengan adanya armada ini, AS bisa mempertahankan keamanan, pengaruh, dan membagikan kemakmuran di seluruh dunia," terang laksamana asal Virginia itu.

Baca juga:Cucu Konglomerat Rusia Habiskan Rp40 Triliun untuk Pernikahannya, Hanya Agar Mantannya Kembali Padanya

Wakil Laksamana Andrew Lewis bakal menjadi komandan dari armada yang terdiri dari Grup Serang Kapal Induk (CSG) dan Grup Amfibi Siaga (ARG) itu.

Laksamana Christopher Grady menjelaskan, AL Negeri "Paman Sam" tidak ingin mencari konfrontasi dengan negara lain.

"Namun, cara menghindari konfrontasi itu adalah dengan membentuk armada terkuat, paling mematikan, dan paling kompetitif," terangnya.

Kebijakan strategi pertahanan nasional yang digagas pemerintahan Presiden Donald Trump menempatkan Rusia dan China sebagai ancaman terbesar AS.

Kedua negara itu dianggap melakukan tindakan agresif dengan mengembangkan berbagai senjata mulai dari rudal balistik hingga torpedo canggih.

Selain itu, pesawat dan kapal perang Rusia dilaporkan berulang kali memasuki Atlantik Utara yang dekat dengan anggota Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO). (Ardi Priyatno Utomo)

(Artikel ini telah tayang dikompas.comdengan judul "AS Aktifkan Kembali Armada Laut Era Perang Dingin")

Baca juga:Mendadak Batalkan Kunjungan Menterinya ke Korut, Trump Salahkan China

Artikel Terkait