Find Us On Social Media :

Yang Selamat dari Tragedi Trisakti: Kubur yang Sudah Digali Ditutup Lagi

By Ade Sulaeman, Jumat, 12 Mei 2017 | 14:00 WIB

Mun'im Idries Saksi Korban Trisakti

"Jumlah darah yang ditransfusikan ke tubuh Sofian sudah sekitar 8.000 CC. Jadi bisa dibilang, darah yang sekarang mengalir di tubuh Sofian sekarang semuanya darah teman-temannya yang beramai-ramai jadi donor."

Setelah perdarahan di paru-paru dan shock Sofian teratasi, tugas tim dokter belum selesai.

Pasalnya, rinci Anthio, "Sofian mengalami kerusakan fungsi ginjal. Kemungkinan penyebabnya ada dua. Pertama, karena ia mendapat transfusi massive, yaitu transfusi darah serentak lewat tiga jalur yang terpaksa ditempuh agar secepatnya darah tergantikan. Kalau hanya transfusi biasa, pasien bisa keburu meninggal."

Kemungkinan kedua, lanjut Anthio, "Akibat shock yang ia alami sebelumnya. Karena kekurangan darah. jumlah darah yang masuk ginjal sudah berkurang. Ini memang bisa berakibat rusaknya fungsi ginjal."

Rusaknya fungsi ginjal Sofian dipastikan melalui pemeriksaan ureum creatinin yang tinasi kadarnya.

"Sehingga kami segera melakukan cuci darah atau hemodialisa untuk menggantikan fungsi ginjal. Hasilnya, ureum creatinin sempat turun kadarnya. Namun esoknya naik lagi, dibarengi tidak adanya air seni. Kami segera melakukan cuci darah tiap hari. Namun air kencingnya masih saja beberapa tetes."

Jumlah air kencing terlalu sedikit, menurat Anthio, menunjukkan tidak adanya respon ginjal pada hemodialisa.

"Artinya, ginjal sudah tak mampu menjalankan fungsinya sehingga cairan kencing tertahan dan meracuni tubuh pasien. Kalau tidak segera diatasi, pasien bisa meninggal."

Situasi inilah yang membuat tim dokter sampai pada kesimpulan, perlu segera dilakukan pencangkokan ginjal. Karena jika tidak, Sofian harus menjalani cuci darah di sepanjang usianya.

"Untuk itu, kami berencana memindahkan Sofian ke RSCM yang lebih lengkap peralatannya. Syukurlah, setelah dua minggu, berangsur air seninya keluar makin banyak dan terus mendekati normal," papar Anthio.

Perkembangan ini disambut gembira. Meski demikian, sementara ini Sofian tetap harus menjalani cuci darah rutin.

"Untuk mempertahankan kadar ureum creatininnya tetap di ambang normal," cetus Anthio. Biaya cuci darah saat ini memang mahal. Mencapai Rp 500 ribu untuk sekali proses.

"Namun semua biaya itu sudah ditanggung negara. Jadi keluarga Sofian tidak perlu memikirkannya," tandas Anthio.