Find Us On Social Media :

Bulu Tangkis Tempo Dulu Bertanding di Lapangan Terbuka Tanpa Dipungut Bayaran Penontonnya

By K. Tatik Wardayati, Senin, 27 Agustus 2018 | 20:20 WIB

Dulu dalam permainan ganda putra/putri/campuran, jika satu pemain serve, partnernya harus berdiri di sebelahnya (di kotak lain) tidak boleh seperti sekarang berdiri di tengah-tengah court, satu kaki di kotak kiri dan kaki lain di kotak kanan.

Saya juga pernah melihat dalam permainan ganda putra/putri/campuran, jika satu pemain  serve sudah memperoleh 2, atau 4 atau 6 point dan sebagainya (angka genap) bukan saja dia berdiri di kotak kanan, tetapi juga kadang-kadang berdiri di kotak kiri.

Sebaliknya jika pemain memperoleh angka 3 atau 5 atau 7 dan sebagainya (angka ganjil) bukan saja dia berdiri di kotak kiri, tetapi kadang-kadang boleh berdiri di kotak kanan dan serve dari situ. Entah, apa saya keliru melihat di TV.

Baca juga: Dulu Jadi Rival Susi Susanti, Sekarang Mantan Pebulutangkis Putri Asal China Itu Jadi WNI dan Tinggal di Klaten

Pemain sekarang sangat "royal" memakai shuttlecock yang dapat diganti-ganti sampai puluhan biji. Tidak demikian dulu. Kita dalam satu set hanya memakai satu shuttlecock atau paling banyak dua biji, baik dalam permainan tunggal maupun ganda.

Ini dapat dimengerti: karena pada waktu itu tidak dipungut bayaran dari penonton karena pertandingan dilakukan di lapangan terbuka. Penontonnya juga hanya ratusan.

Semua berdiri atau duduk di kursi sekeliling court, tidak seperti sekarang permainan dilakukan di lapangan tertutup (indoor court) dengan kurang lebih 12.000 orang yang membanjiri Istora Senayan, Jakarta. Belum terhitung penonton lewat televisi.

Waktu C.E.S Semarang menjadi juara pertama antar perkumpulan dan sekolah di Jawa Tengah pada Juni tahun 1936, sekolah itu hanya memperoleh piala kecil sekali. Tingginya tak lebih dari  18 cm.

Beda dari piala modern yang  mewah, bagus dan mahal zaman sekarang. Tempo dulu benar-benar merasa "miskin" bukan saja dalam pemberian piala tetapi juga dalam pemakaian shuttlecock.

Baca juga: Tontowi Ahmadi Sempat Ogah-ogahan jadi Pebulutangkis Kelas Dunia