Find Us On Social Media :

Hampir Mirip di Venezuela Sekarang, Rupiah Kita dari Dulu pun Bikin Resah

By K. Tatik Wardayati, Jumat, 24 Agustus 2018 | 16:00 WIB

Sebab uang dari daerah pendudukan mengalir ke pedalaman yang Republik.

Gunting Sjafruddin, 19 Maret 1950

Baca juga: Tarif Pulsa Ponsel Jadi Salah Satu Penyumbang Inflasi Januari 2017

Semua uang kertas Javasche Bank dan uang NICA dari pecahan lima rupiah ke atas digunting jadi dua. Bagian kiri masih berlaku sebagai alat pembayaran sah sampai tanggal 9 April 1950 pukul 18.00 dengan nilai 50% dari nilai semula.

Guntingan yang sebelah kanan serta simpanan di bank yang tertahan dapat ditukar dengan obligasi negara dengan bunga 3% per tahun dan akan dibayar dalam jangka waktu 40 tahun.

Gunting Syafruddin menyebabkan banyak orang menjerit. Lagi pula ternyata tak mampu mengatasi masalah dalam jangka panjang.

Pengebirian uang, 25 Agustus 1959

Baca juga: Ini Gambaraan ketika Venezuela Semakin Makmur tapi Masalah Sosial Mulai Timbul

Uang kertas pecahan Rp1.000,00 dan Rp500,00 diturunkan nilainya menjadi 10% dari nilai semula. Rupiah didevaluasikan dari Rp11,40 untuk 1 dolar Amerika menjadi Rp45,00. Semua simpanan dalam bank yang melebihi Rp25.000,00 dibekukan. Maka cerita pilu pun bermunculan.

Ternyata perekonomian Indonesia tak juga lepas dari keterpurukan. Tahun 1961 – 1962 harga-harga melonjak 400%. Pemerintah giat mencetak uang, sehingga terjadi hiperinflasi.

Di saat luka belum pulih akibat berbagai gejolak polik, termasuk G-30-S/PKI 1965, pemerintah memberlakukan uang baru.

Seribu jadi seperak, 13 Desember 1965