Advertorial
Intisari-Online.com – Venezuela yang sekarang terpuruk, hingga membuat rakyatnya memutar otak untuk mencari penghasilan. Seberapa makmurnya Venezuela dulu? Berikut ini gambaran makmurnya Venezuela seperti dimuat di Majalah Intisari edisi Mei 1966.
Di antara negara-negara Latin Amerika, Venezuela amat maju perkembangan ekonominya. Kenaikan pendapatan nasional dalam tahun 1965 merupakan rekor.
Yaitu naik sampai 8 persen, sedangkan kenaikan harga barang-barang 2 persen saja, sedangkan penduduk bertambah dengan 3,5 persen.
Keadaan itu disebabkan oleh kemajuan dalam bidang industri dan perdagangan. Venezuela adalah penghasil minyak yang terbesar di dunia.
Produksi minyak tahun 1965 naik 3 persen sehingga sehari menghasilkan sekitar 3,5 juta ton barrel. Harga dipasaran dunia tetap kuat, sekalipun saingan internasional bertambah ketat.
Akibatnja cadangan devisa sehat yaitu sekitar 835 juta dollar AS. Kredit luar negeri tak begitu banyak naiknya. Maka situasinya menyenangkan.
Sebaliknya perkembangan ekonomi yang pesat itu di dalam negeri banyak membutuhkan uang. Maka kehidupan bank pun berkembang.
Kalau minyak adalah bahan ekspor yang pertama, maka nomor dua ialah bijih besi. Inipun tahun lalu naik produksinya dengan 20 persen. Bijih besi itu bukan saja diekspor tapi juga diolah untuk industri dalam negeri.
Baca juga: Pernah Jadi Negara Kaya, Venezuela Bangkrut Karena Terlalu Baik pada Rakyatnya
Tahun lalu mobil baru sejumlah 65.000 ton, sebagian terbesar dari onderdil mobil-mobil itu buatan dalam negeri.
Perkembangan industri ini tampak juga dari timbulnya golongan fabrikan baru yang membuat bahan-bahan perlengkapan konsumsi yang selama ini diimpor dari luar negeri. Tapi yang lebih menarik kaum bermodal toh tetap usaha pembangunan.
Kegiatan membangun rumah-rumah koperasi yang mahal-mahal ini sungguh hebat. Tahun lalu jumlah modal jangka pendek yang ditanamkan sampai 30 persen. Dan kegiatan itu tampaknya akan semakin bertambah.
Harus diakul bahwa modal asing mengambil peranan penting juga dalam perluasan industri negara itu.
Baca juga: Ngerinya Krisis di Venezuela, Harga Daging 9,5 Juta, Popok 8 Juta
Modal asing ini diwaktu belakangan agak dirisaukan oleh politik ekonomi oasioaal yang mulai ditingkatkan oleh pemerintah Presiden Raul Leoni.
Pemerintah ini termasuk kategori “midle of the road”. Termasuk moderatlah.
Proses venezuelanisasi mulai dijalankan. Perusahaan-perusahaan asuransi asing misalnya diberl waktu dua tahun untuk mengganti modal asing dengan modal nasional, sedangkan bagi perusahaan-perusahaan lain jangka waktunja lebih panjang, sampai 8 tahun.
Penghasilan nasional yang sebagian terbesar tergantung pada ekspor minyak dan bijih besi tentu saja ada akibatnya. Antara lain hanya sebagian kecil saja dari penduduk Venezuela yang langsung mendapatkan pekerjaan di bidang itu.
Baca juga: (Foto) Alami Hiperinflasi, Anda Harus Bawa Sekoper Uang Hanya untuk Beli Popok di Venezuela
Sebagian penduduk lainnya tidak. Akibatnya Pemerintah harus mengeluarkan subsidi sosial yagn tidak kecil, sampai berjumlah dua bilyun dollar.
Ini berarti pengurangan modal untuk ditanamkan dalam bidang produksi. Bukan itu saja, malahan ada kecenderungan larinya modal dari Venezuela.
Hal itu ditambah lagi dengan adanya ancaman pajak tinggi dan kemungkinan turunnya harga uang negeri itu karena terpaksa menempuh anggaran belanja yang defisit demi kepentingan rakyat yang lebih merata.
Khususnya terhadap modal Amerika ada persoalan lain. Pada bulan Oktober tahun lalu Venezuela minta menjadi anggota Perserikatan Perdagangan Bebas Latin Amerika disingkat PPLA.
Baca juga: Bagaimana Sebuah Negara Kaya Raya Seperti Venezuela ‘Tiba-tiba’ Jatuh Menjadi Negara Miskin?
Maka seperti halnya negeri-negeri Latin Amerika lainnya, Venezuela dihadapkan pada alternatif, yaitu membebaskan diri dari modal dan pengaruh Amerika Serikat dengan risiko mempertahankan modal asing (baca AS) atau melepaskan diri dan bergabung dalam pembentukan Latin Amerika yang mau bebas dari pengaruh AS dengan risiko kekurangan modal.
Venezuela memilih jalan tenah. Ia tak lepas dari kesetiakawanan Latin Amerika yang semakin tumbuh tetapi sebaliknya ia pun tak melepaskan diri begitu saja dari modal asing yang masih dibutuhkannya untuk menumbuhkan ekonominya.
Pokoknya menempuh politik middle of the road, jalan tengah, alias moderat.
Soal lain yang harus dihadapi ialah soal pengangguran yang sudah disinggung secara sepintas di atas. Dua puluh persen dari tenaga kerja yang tersedia tak mendapatkan pekerjaan. Sebabnya oleh sumber produksi yang dimonopoli oleh minyak saja.
Baca juga: Sudah Tak Ada Harganya, Uang Venezuela Diubah Jadi Barang Kerajinan sehingga Punya Nilai Lebih Mahal
Minyak menghasilkan 90 persen dari devisa negara itu dan menanggung 8 persen dari pengeluaran nasional tapi hanya mempekerjakan 2,5 persen dari tenaga kerja yang tersedia.
Di sektor pertanian adalah masalahnya. Sektor itu semakin mempergunakan mesin. Tetapi mekanisasi yang di satu pihak menaikkan produksi itu di pihak lain mengurangi jumlah tenaga yang dibutuhkan.
Lantas dikemanakan tenaga kerja yang berlebihan itu?
Soal itulah yang kini dihadapi oleh pemerintahan Presiden Raul Leoni.
Baca juga: Kelaparan, Rakyat Venezuela Serang dan Mutilasi Sapi dan Kucing yang Mereka Temukan