Investasi Bagi Pemula (2): Jangan Panik Saat Inflasi Tinggi

Moh Habib Asyhad

Editor

Investasi Bagi Pemula (2): Jangan Panik Saat Inflasi Tinggi
Investasi Bagi Pemula (2): Jangan Panik Saat Inflasi Tinggi

Intisari-Online.com -Investasi adalah salah satu langkah menuju kesuksesan di masa depan. Dengan pertimbangan yang matang, investasi akan menjadi modal utama meraup keuntungan berlimpah. Tapi sebaliknya, tidak semua investasi berujung kegemilangan.

Dua langkah sebelumnya belumlah apa-apa. Ada beberapa langkah antisipatif yang bisa digunakan agar investasi kita tetap dalam koridor yang aman.

*Mencoba variasi baru

Diversifikasi atau keragaman cara adalah konsep sederhana, tapi sulit dilakukan di pasar yang tak stabil. Opsi jual beli mungkin bisa dipraktikkan di saat kondisi seperti ini. Apalagi saat fluktuasi tengah tinggi-tingginya.

“Keuntungan opsi jual adalah Anda dapat menghasilkan uang dari berbagai macam pasar,” ujar Ben Inker dari GMO. Opsi jual akan semakin mudah dipraktikkan jika Anda tahu cara mainnya seperti ini. Belum lagi, sistem ini juga banyak dijual di media-media online.

*Jangan panik saat inflasi meninggi

Umumnya, saham dipandang sebagai alat pelindung yang baik dari serangan inflasi yang membabi-buta. Tapi tetap saja, harus berhati-hati jika kenaikan harga-harga meloncak terlalu cepat.

Stephane Deo dari UBS menganilisis, jika laju inflasi meningkat di atas 4%, saham mulai kehilangan keefektifannya sebagai pelindung keuangan. Inflasi di atas 6,5% saham akan mati kutu. Tapi jangan takut, masih ada opsi lain.

Bermainlah di Inflation-Protected Securities (TIPS). Tak seperti obligasi negara yang lain, nilai utama TIPS disesuakan dua kali dalam setahun sehingga menunjukkan perubahan dalam indeks harga konsumen (CPI). Bunganya ditentukan berdasar jumlah yang sudah disesuaikan, jika harga komsumen naik, bungan juga ikut naik. Sekilas, ini lebih fleksibel terhadap kenaikan harga yang tak jelas.

TIPS memang masih terkena dampak kenaikan suku bunga. Tapi yang jelas, tidak sebesar dampak yang dirasakan oleh Sekuritas Kas Negara yang lain. Dan pastinya, harga TIPS jauh lebih mahal. (Fortune Indonesia)