Find Us On Social Media :

Tidak Ada Cap Anak Nakal dari Ny. Haji Agus Salim Saat Mendidik Anak-anak

By Moh Habib Asyhad, Selasa, 2 Mei 2017 | 21:00 WIB

Haji Agus Salim bersama istri dan anaknya

(Baca juga: Militer AS Ingin ‘Hack’ Otak Manusia Agar Tentara Semakin Cerdas dan Cepat Belajar Bahasa Musuh)

Setidaknya, anak-anak didikan Maatje yang lembut dan necis ini dapat menghidupi keluarga mereka dengan baik.

Cucunya, Maryam Soedjono, putri dari anak tertuanya, merasa heran bagaimana Oma-nya bisa sampai mengantarkan anak-anaknya sedemikian rupa, sehingga mereka semua menjadi "orang".

Dengan pendidikan yang sebegitu saja, anak-anak H. Agus Salim bisa mencapai kedudukan yang sekarang.

Bagaimanakah kalau mereka sekolah formal dan memperoleh kesempatan mengenyam pendidikan yang lebih tinggi lagi. Pasti lebih hebat lagi hasilnya.

Namun, penerapan pendidikan macam di atas saat itu mungkin memang cocok dengan situasi  dan zamannya, demikian diungkapkan oleh Bibsy. la sendiri sebagai produk pendidikan di atas tidak mendidik putra-putrinya sendiri seperti sang ibu.

"Saya tidak setelaten Maatje," ungkapnya. Menurut Maryam, situasinya memang berbeda.

Tapi, menyesalkah anak-anak Maatje tidak masuk sekolah seperti anak-anak lain?

Bibsy Soenharjo merasa tidak pernah menyesali dirinya. Ia tidak pernah merasa kurang dibandingkan dengan rekan sebayanya. la sempat ikut tes untuk bisa ujian pelengkap SMA di Budi Utomo dengan hasil yang cukup baik.

Cuma ia mengakui bahwa dalam dirinya ada satu hal yang. hilang: tidak ada ambisi untuk bersaing. Selain itu jika mereka mengerjakan sesuatu tidak pernah memikirkan untuk mendapatkan pujian.

Yang terutama ada dalam pikiran hanyalah bagaimana sesuatu bisa dikerjakan dengan baik. Tampaknya menguasai suatu ilmu lebih,ditekankan dibandingkan dengan mengejar nilai.

(Baca juga: Dikritik Para Donatur, Cak Budi Berniat Menjual Kembali Fortuner dan iPhone 7 yang Dibelinya)

Dari pengalaman anak-anak H. Agus Salim mungkin kita dapat menarik hikmahnya juga. Jika seseorang tak dapat meneruskan sekolah, itu tidak berarti dunia berhenti.

Setidaknya kita masih bisa mencari ilmu lewat bacaan-bacaan yang ada. Jadi, bagi anak-anak yang putus sekolah, janganlah lekas putus asa.