Find Us On Social Media :

Ketika Jepang Sudah Angkat Kaki, Belanda Ingin Kuasai Indonesia Lagi, Tapi Mereka Salah!

By K. Tatik Wardayati, Kamis, 16 Agustus 2018 | 20:30 WIB

Di antara mereka yang tertangkap dan dihukum, malah dihukum mati, adalah Mr. Amir Syarifuddin.

Atas permintaan Soekarno — Hatta hukuman itu diubah menjadi seumur hidup.

Di Australia orang-orang Belanda itu mendirikan suatu dinas yang bertugas memantau siaran-siaran radio Jepang yang disiarkan dari Jakarta.

Pada tahun 1944 didirikanlah NAFIES (Netherlands' Armed Force Intelligence Service), yaitu Dinas Rahasia Angkatan Perang Belanda.

Salah satu tugasnya adalah mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dari target yang hendak dicapainya, dalam hal ini mencari informasi dari Indonesia.

Siaran radio Jepang waktu itu, Nippon Hosukyoku, dapat ditangkap di Australia.

Mereka juga mendengar pidato-pidato Soekarno - Hatta, yang seringkali disertai slogan-slogan anti-Sekutu, "Amerika kita setrika, Inggris kita linggis".

Baca juga: Mengenang Kembali Sutan Sjahrir yang Berjuang di Masa Kolonial Belanda dan Sesudah Kemerdekaan Indonesia

Gagal total

Selain itu NAFIES juga berusaha memperoleh informasi dengan mengirim orang ke daerah yang diduduki Jepang. Sudah tentu usaha itu sangat berbahaya dan riskan. Itu semua disebut Intelligence Parties (tugas-tugas intelijen).

Biasanya para petugas intelijen itu didaratkan dengan kapal selam di suatu tempat, dan harus kembali pada tanggal yang sudah disepakati.

Semua kegiatan intelijen itu bisa dibaca dalam buku mantan Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut Belanda, Bezemer, Verdreven doch niet Verslagen (Terusir tetapi tidak Terkalahkan).