Find Us On Social Media :

Kala Jepang Iming-imingi Kebebasan Kepada Rakyat Indonesia Lewat Nujuman Jayabaya tentang Ratu Adil

By K. Tatik Wardayati, Jumat, 10 Agustus 2018 | 12:45 WIB

Perbedaan antara kaya dan miskin tidak ada lagi. Semua orang kaya dan semua orang miskin. Hukum sama-rata dan sama-rasa berlaku.

Semua manusia sama, semua orang sama-sama; sama tinggi-sama rendah, sama kaya sama miskin.

Dengan gerakan-serentak yang sukar dimengerti terjadilah suatu perubahan mendadak. Perubahan itu terjadi dimana-mana seolah-olah digerakkan oleh satu komando.

Di kampung-kampung, di kota-kota, di desa-desa, dan dusun-dusun disusunlah pasukan-pasukan suka-rela untuk menjaga keamanan dan mengatur tata-tertib. Setiap orang harus ikut-serta dengan tidak pandang bulu, pegawai, pedagang, ningrat dsb. ikutserta.

Baca juga: Pasukan Sekutu di Malaysia yang Jumlahnya Dua Kali Lipat Pernah Dihancurkan Tentara Jepang yang Bersepeda Ontel

Sebutan ndoro lenyap dalam waktu 24 jam. Bapak (pak), ibu (bu), bung, saudara mulai merata diseluruh lapisan masyarakat. Pergaulan antara lapisan-lapisan manusia semakin menjadi erat, seolah-olah sudah terwujudlah persaudaraan antara manusia dengan manusia!

Tetapi gelora sama rata sama rasa bergolak kearah usaha untuk meratakan segala sesuatu. Kekayaan harus sama, milik harus sama, harta bendapun harus sama. Justru gelora inilah yang sudah disiapkan penampungannya oleh pihak Jepang.

Gerombolan-gerombolan dan sekawanan-sekawanan perampok disiapkan dan mereka itulah yang maju bergerak yepat pada waktu kekuasaan Belanda kabur. Perampokan merajalela dan kekacauan ditimbulkan dengan penggedoran rumah-rumah si kaya dan bekas-bekas kediaman Belanda.

Kawanan-kawanan perampok memusat di kota-kota dan rakyat dari perkampungan-perkampungan dan dusun-dusun ikut-serta dalam gelora per-samarasa-samarataan itu. Jalan raya antara Rembang dan Semarang riuh-ramai dengan ribuan manusia yang bergerak sambil  bersorak-sorak.

Baca juga: Inilah Pertempuran Habis-habisan antara Tentara Sekutu Melawan Tentara Jepang yang Berujung pada Jatuhnnya Bom Atom

Rumah-rumah besar, toko-toko, gedung-gedung pemerintah, gudang-gudang diserbu. Rumah- gadai pun tidak luput dari serbuan.

Dimanapun jua, di pinggir jalan, di sawah, di halaman kosong barang-barang  berharga berceceran: radio, perabot rumah-tangga, beras, tekstil dsb. dsb. Arus-manusia tanpa arah, tanpa tujuan bergerak sambil merusak dan menghancurkan apa jua, menurut barisan pelopornya yaitu kawanan-kawanan perampok.