Masuki Area Musuh Sambil Unjuk Kebolehan, Pilot Ini dapat 'Surat Cinta Mengerikan'

Ade Sulaeman

Penulis

Saat Perang Dunia II, pesawat pemburu Jepang berjungkir-balik di atas daerah kekuasaan Amerika, tanpa perlawanan.

Intisari-Online.com – Salah seorang penerbang “ace" Jepang dalam perang dunia kedua bernama Hiroyishi Nishizawa.

Bahkan dalam beberapa buku dikatakan dialah yang terbesar di antara para “ace" negeri matahari terbit itu. “Ace" adalah penerbang tempur “jagoan" dalam arti, banyak menimbulkan korban pada lawan.

Tercatat atas nama Nishizawa 112 “kills", seratus dua belas pesawat terbang lawan dihancurkannya. Jumlah yang tidak sedikit.

Mendengar jumlah ini orang bisa merasa kagum akan kemampuan terbang penerbang nya tetapi bisa pula berdiri bulu roma mengingat jumlah anak manusia yang jadi korbannya.

Baca juga: Di Balik Gagahnya Pesawat Tempur Jepang, Ada Insinyur yang Justru Sangat Menentang Perang

Perang memang selalu menimbulkan gambaran-gambaran yang mengerikan. Tidak bisa lain. Suatu hal yang bisa dimengerti. Membaca berita pesawat pembom raksasa B-52 menjatuhkan puluhan ton bom dalam benak, kita selalu tergambar bangunan-bangunan yang hancur berantakan, korban manusia yang bergelimpangan, suara-suara yang mengerang kesakitan.

Mendengar pihak lawannya melepaskan roket-roket menimbulkan bayangan asap yang mengepul tinggi, api yang berkobar, perempuan dan anak-anak yang kebingungan lari kian-kemari serta korban-korban yang memenuhi lorong-lorong rumah sakit. Bagaimana pun perang tidak pernah menggembirakan.

Tetapi ternyata ada juga senyum-senyum kecil yang bisa ditimbulkan oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam perang itu sendiri. Kembali pada nama Hiroyishi Nishizawa misalnya.

Seperti mobil mundur

Baca juga: Ada Kisah Ajaib di Balik Jatuhnya Pesawat Dakota AURI yang Ditembak Pesawat Tempur Belanda pada Operasi Trikora

Sekali peristiwa dalam tahun 1942. Nishizawa terbang bersama ace Jepang lainnya : Saburo Sakai — yang namanya dikenal dunia karena selain diakui kemampuan terbangnya ia juga mampu menuliskan pengalaman-pengalamannya dengan baik — dan Toshio Ota.

Ketika itu mereka terbang kearah pangkalan udara lawan. Port Moresby. Ketiganya terbang dalam susunan formasi yang rapat.

Port Moresby dikuasai oleh Amerika. Entah bagaimana bisa mungkin terjadi. Ketiga Zero — pesawat pemburu Jepang yang merajai udara pada awal perang dunia kedua itu — tidak melepaskan satupun peluru.

Sebaliknya dari pihak musuh mereka tidak sekalipun terdengar tembakan meriam penangkis serangan udara dan tidak satupun pesawat lawan berusaha naik memburu.

Baca juga: Bukan Hanya Gagah-gagahan dan Gaya-gayaan, Warna-Warni Cat Pesawat Tempur Juga untuk Pemeliharaan Agar Tetap Awet

Saksi yang mula-mula dapat pikiran. Dibukanya kanopi pesawatnya agar ia dapat berhubungan "muka dengan muka" dengan kedua rekannya. Dengan jarinya digambarkannya sebuah lingkaran di atas kepalanya lalu diacungkannya ketiga jarinya.

Kedua penerbang lain mengacungkan ibu jari tanda mengerti dan setuju. Dan apa yang mereka lakukan di atas lapangan terbang musuh itu? Dalam formasi yang ketat mereka membuat loop tiga kali.

Jungkir-balik beracrobatik seperti arah putaran roda mobil yang berjalan mundur. Tiga kali. Dan ketiga penerbang itu tertawa-tawa kegirangan. Mereka ulangi sekali lagi. Jungkir balik tiga kali lagi. Dan mereka terbang hanya pada ketinggian 6.000 kaki.

Setelah mendarat kembali di pangkalan udara mereka sendiri, Sakai-6ta-NisMzawa tertawa terbahak-bahak dan bersorak-sorak gembira seolah mereka telah melakukan sesuatu yang sama sekali tidak berbahaya.

Baca juga: Tak Hanya Pangeran Harry yang Jago Menerbangkan Pesawat Tempur, Para leluhurnya Juga Tak Kalah Handal

Tentu saja mereka bayangkan orang-orang Amerika jadi penonton dengan kedongkolan "selangit" dari tempat-tempat perlindungan. Sekalipun demikian ketiganya berusaha merahasiakan apa yang telah terjadi.

Dibalas surat

Tetapi rahasia ketiga penerbang itu tidak berumur panjang. Tidak lama sesudah itu mereka dipanggil komandan kesatuan. Apa yang terjadi? Ketiganya ditegur habis-habisan.

Ternyata ketika mereka sedang beristirahat ada sebuah pesawat terbang Amerika "menyusul" dan melintasi lapangan terbang Lae yang diduduki oleh Jepang itu untuk sekedar menjatuhkan surat. Surat ditujukan kepada Komandan Lae. Disana tertulis:

Baca juga: Kisah Heroik Pilot Indonesia yang Selesaikan Pertempuran Hanya dengan Satu Pesawat Tempur Saja

"Kami sangat terkesan oleh ketiga penerbang yang mengunjungi kami hari ini dan kami kagum pada loop yang mereka buat di atas pangkalan kami. Kami akan sangat menghargai mereka jika penerbang-penerbang itu sudi datang sekali lagi".

Selanjutnya: "Kami sangat menyesal kami tidak membuat persiapan yang lebih dalam kunjung mereka tadi tetapi lain kali mereka akan menerima penyambutan yang lebih meriah.”

Seperti main-main saja. Dan semua itu betul-betul terjadi dalam perang dunia kedua. Kisahnya diceritakan kembali oleh Martin Caidin, seorang penulis dunia penerbangan terkemuka dalam bukunya "Zero Fighter".

Pura-pura “lumpuh”

Baca juga: Kisah Heroik Pilot Indonesia yang Selesaikan Pertempuran Hanya dengan Satu Pesawat Tempur Saja

Sebuah lagi. Terjadi di front barat perang dunia kedua, tempat “bertemu" pesawat-pesawat Inggeris dan Jerman Hitler.

Pada awal perang satu skadorn pesawat fighter Inggeris ditempatkan di Perancis untuk ikut menahan invasi Jerman. Dan pada suatu ketika dalam tahun 1942 bertemulah Hurricane Inggeris dan Dornier 17 Jerman.

Pada suatu saat sebuah Dornier diburu oleh peluru-peluru Hurricane yang diterbangkan oleh Pussy Palmer. Akibatnya salah satu motor Dornier yang bermotor ganda itu terbakar.

Navigator dan penembak di posisi ekornya meloncat keluar dengan parasut. Pesawat yang sial itu kelihatan mulai melayang kehilangan tenaga. Pussy segera menjajarkan Hurricanenya dengan pesawat lawannya itu untuk melihat apakah penerbangnya masih hidup atau sudah mati.

Baca juga: Kisah Seorang Tentara yang Berhasil Tumbangkan Pesawat Tempur Jepang Hanya Dengan Pistol Kecil

Orangnya tampak duduk “lumpuh" tidak berdaya dengan kepalanya terkulai ke samping.

Pussy tentu saja mulai mengitarkan pandangannya mencari mangsa lain. Tetapi tiba-tiba Dornier 17 itu sigap kembali dan mengejar Pussy dengan melepaskan tembakan-tembakan. Akibatnya Hurricane itu terpaksa mendarat darurat dengan roda-roda masih di dalam badan.

Setelah kemudian dihitung ternyata pesawat Pussy telah “dihiasi" oleh 34 lubang peluru. Untungnya Pussy Palmer sendiri selamat. Dornier itu kemudian diburu dan dihujani peluru oleh dua pesawat pendamping Pussy. Motor satunya lagi terbakar tetapi berhasil mendarat darurat.

Paling sedikit ia telah dihujani dengan 500 peluru yang berasal dari tiga Hurricane. Tetapi sekalipun pesawatnya sudah dapat dikatakan berantakan penerbangnya selamat.

Baca juga: Sang Pemburu dan Pemenang di Perang Dunia I Itu Tetap Saja Meminta Korban Pesawat Tempur

Bahkan setelah berhasil keluar dari pesawatnya penerbang Jerman itu sempat melambai kepada kedua penerbang Inggeris yang mengejarnya.

Anggota-angota skadorn fighter Inggeris itu kagum kepada keberanian dan kemampuan penerbang Jerman satu ini. Sekalipun mungkin ia diselamatkan oleh nasib baik dan tentu saja “tangan Tuhan".

Orang-orang Inggeris itu juga kemudian mengetahui bahwa untuk dapat menembaki lawannya Arno, penerbang Jerman itu telah meninggalkan tempat duduknya agar dapat mengunci senjata pesawatnya pada kedudukan tertentu. Dengan demikian ia dapat menembaki Pussy Palmer dengan lebih baik.

Menjamin musuh

Baca juga: (Foto) Cantiknya Aurora Borealis yang Dipotret dari Pesawat Tempur Amerika Serikat Ini

Lalu apa yang lahir dari rasa hormat kepada musuh ini? Arno penerbang Jerman itu diundang makan bersama oleh skadorn Inggeris musuhnya.

Dengan bersusah payah karena tidak diizinkan oleh pihak Perancis yang menawannya Arno dijemput dari penjara. Dengan pengawalan pihak Perancis ia dibawa ke tempat pesta kecil-kecilan itu.

Sebelumnya semua souvenir yang berhasil diambil dari pesawat-pesawat musuh yang berhasil dihancurkan disingkirkan dari ruangan. Semua plakat-plakat yang membayangkan permusuhan dan dapat menimbulkan rasa sakit hati pada musuh sudah dilipat dan disimpan.

Musikpun mengalun, makanan dan minuman pun diedarkan. Tamu kehormatan justru musuh yang dibebaskan pula bercengkerama.

Baca juga: Penempur Malam, Saat Pesawat Tempur Harus Melawan ‘Takdir’ Sulitnya Terbangkan Pesawat di Malam Hari

Ia juga diperkenalkan kepada Pussy Palmer dan kedua orang yang telah saling tembak- menembak di udara itu sempat pula asyik berbincang sekalipun dengan perantaraan penterjemah.

Arno juga mendapat pinjaman baju hangat dari lawannya. Dan seruan dalam toast? “To all pilots", untuk (keselamatan) semua penerbang.

Ketika tengah malam ia diantar kembali ke penjara, penerbang Jerman itu diantar beramai-ramai sampai ke halaman dan Arno meninggalkan tempat itu diiringi dengan “cheers" ala Inggeris tiga kali. Ketika itu perang sedang hangat-hangatnya.

Memang sukar dimengerti. Justru karena kisah ini benar-benar terjadi seperti diceritakan oleh “ace" Inggeris Paul Richey dalam bukunya “Fighter Pilot".

Sekalipun demikian kisah-kisah kecil ini tentu saja tidak bisa menghilangkan kenyataan kejamnya akibat-akibat perang. Tetapi kisah ini sempat mengingatkan kita bahwa anak manusia tetap manusia.

(Ditulis oleh Idrus Ismail, seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Agustus 1973)

Baca juga: Pesawat Tempur Penyok Bisa Diperbaiki dengan Cara Ketok Magic Asal...

Artikel Terkait