Find Us On Social Media :

Masuki Area Musuh Sambil Unjuk Kebolehan, Pilot Ini dapat 'Surat Cinta Mengerikan'

By K. Tatik Wardayati, Kamis, 9 Agustus 2018 | 15:45 WIB

Intisari-Online.com – Salah seorang penerbang “ace" Jepang dalam perang dunia kedua bernama Hiroyishi Nishizawa.

Bahkan dalam beberapa buku dikatakan dialah yang terbesar di antara para “ace" negeri matahari terbit itu. “Ace" adalah penerbang tempur “jagoan" dalam arti, banyak menimbulkan korban pada lawan.

Tercatat atas nama Nishizawa 112 “kills", seratus dua belas pesawat terbang lawan  dihancurkannya. Jumlah yang tidak sedikit.

Mendengar jumlah ini orang bisa merasa kagum akan kemampuan terbang penerbang nya tetapi bisa pula berdiri bulu roma mengingat jumlah anak manusia yang jadi korbannya.

Baca juga: Di Balik Gagahnya Pesawat Tempur Jepang, Ada Insinyur yang Justru Sangat Menentang Perang

Perang memang selalu menimbulkan gambaran-gambaran yang mengerikan. Tidak bisa lain. Suatu hal yang bisa dimengerti. Membaca berita pesawat pembom raksasa B-52 menjatuhkan puluhan ton bom dalam benak, kita selalu tergambar bangunan-bangunan yang hancur berantakan, korban manusia yang bergelimpangan, suara-suara yang mengerang kesakitan.

Mendengar pihak lawannya melepaskan roket-roket menimbulkan bayangan  asap yang mengepul tinggi, api yang berkobar, perempuan dan anak-anak yang kebingungan lari kian-kemari serta korban-korban yang memenuhi lorong-lorong rumah sakit. Bagaimana pun perang tidak pernah menggembirakan.

Tetapi ternyata ada juga senyum-senyum kecil yang bisa ditimbulkan oleh peristiwa-peristiwa  yang terjadi dalam perang itu sendiri. Kembali pada nama Hiroyishi Nishizawa misalnya.

Seperti mobil mundur

Baca juga: Ada Kisah Ajaib di Balik Jatuhnya Pesawat Dakota AURI yang Ditembak Pesawat Tempur Belanda pada Operasi Trikora

Sekali peristiwa dalam tahun 1942. Nishizawa terbang bersama ace Jepang lainnya : Saburo Sakai — yang namanya dikenal dunia karena selain diakui kemampuan terbangnya ia juga mampu menuliskan pengalaman-pengalamannya dengan baik — dan Toshio Ota.

Ketika itu mereka terbang kearah pangkalan udara lawan. Port Moresby. Ketiganya terbang dalam susunan formasi yang rapat.

Port Moresby dikuasai oleh Amerika. Entah bagaimana bisa mungkin terjadi. Ketiga Zero — pesawat pemburu Jepang yang merajai udara pada awal perang dunia kedua itu — tidak melepaskan satupun peluru.