Find Us On Social Media :

Masih Suka Boros dan Berutang? Coba Tantangan 60 Hari Tanpa ‘Jajan’ Ini

By Ade Sulaeman, Selasa, 21 Maret 2017 | 15:30 WIB

Gaya Hidup: Diikuti Salah, Ditinggal Juga Salah

Bahkan, Latte Factor juga hadir tanpa sadar di rekening bank berupa biaya-biaya dari berbagai transaksi perbankan. Padahal, ketika dihitung-hitung, pengeluaran Latte Factor per bulan cukup besar, lo.

Jadi kebiasaan

Data PermataBank yang dirilis Selasa (31/1) lalu berbarengan dengan peluncuran ulang Gerakan #SayangUangnya, menunjukkan, 9 dari 10 orang mengeluarkan lebih dari Rp900.000 per bulan untuk Latte Factor.

Ini sejalan dengan hasil survei Kadence International Indonesia bertajuk Share of Wallet. Survei ini menyebutkan, masyarakat kita rata-rata hanya menabung 8% dari pendapatan. Sisanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari termasuk Latte Factor.

PermataBank menemukan, hal yang paling sulit dikontrol oleh konsumen saat ini adalah mengatur pengeluaran yang kecil-kecil namun sering dilakukan.

“Masalah konsumerisme yang dihadapi oleh masyarakat sekarang bukanlah karena uang itu sendiri. Melainkan, lantaran kurangnya pengertian tentang pengelolaan uang,” kata Bianto Surodjo, Direktur Retail Banking PermataBank.

Menekan Latte Factor salah satunya bisa dengan melakukan tantangan tidak berbelanja. Tapi, setelah berhasil menjalani tantangan itu, Anda harus menjadikannya sebagai kebiasaan di hari-hari berikutnya.

“Kalau tidak jadi kebiasaan yang seterusnya, itu, kan, cuma menahan habit sementara saja,” ucap Tejasari, Perencana Keuangan Tatadana Consulting.

Ini sama dengan melakukan program diet makanan. Kalau sudah enggak diet lagi kemudian makannya jadi banyak, maka program itu jadi sia-sia.

Oleh karena itu, Tejasari mengatakan, sebelum melakukan tantangan tidak berbelanja, Anda mesti memahami dulu tujuan sebenarnya dari kegiatan itu. Sejatinya, tujuan dari tantangan ini adalah menjadikan kebiasaan tidak berbelanja menjadi habit Anda seterusnya.

“Kalau tidak, setelah tantangan tidak berbelanja selesai, jadi gelap mata kalau tidak paham tujuannya,” imbuh dia.

Betul. Budi Raharjo, Perencana Keuangan Oneshildt Personal Financial Planning, menegaskan, tantangan tidak berbelanja punya dampak positif jika ke depan kebiasaan ini juga menjadi karakter Anda. “Ini mendukung habit, Anda jadi punya kemampuan menahan konsumsi,” kata Budi.

Menurut Tejasari, melakukan tantangan tidak berbelanja semakin bagus lagi jika uang yang berhasil Anda hemat digunakan untuk tabungan atau investasi. “Sudah irit, ada hasil dari hemat belanja,” ujar Tejasari. Uangnya bisa dipakai untuk membeli emas atawa reksadana.

Nah, agar Anda bisa sukses melakoni tantangan tidak berbelanja, simak tipsnya di halaman "2"!