Intisari-Online.com - Pasangan suami-istri (pasutri) yang baru pasti mendambakan hadirnya buah hati. Maka itu, infertilitas (kemandulan) menjadi momok yang menakutkan bagi pasangan suami-istri. Kadang, ketika pasutri sudah mengerahkan segala cara namun tetap tidak mendapatkan momongan, pihak wanita yang sering disalahkan. Padahal, bisa jadi prianya yang infertil.
(Cara Atasi Kemandulan pada Pria)
Apa sih penyebab infertilitas pada pria? Menurut dr. Nur Rasyid SpU, kepala Urologi Center Rumah Sakit Asri, ada dua faktor penyebab, yaitu faktor spermatozoa dan non-spermatozoa.
Dalam Seminar yang diadakan oleh Rumah Sakit Asri dengan tema “Faktor Spermatozoa Penyebab Infertilitas Pria?” ini, dr. Nur menjelaskan bahwa faktor spermatozoa dapat disebabkan oleh varikolel (semacam varises pada saluran testis), faktor genetik, sumbatan saluran spermatozoa (obstruksi), kelainan bawaan lahir, infeksi menular seksual, gangguan hormone, dan idiopatik (tidak diketahui penyebabnya).
(Polusi Udara dan Gas Buang Kendaraan Bermotor Tingkatkan Risiko Kemandulan)
Sedangkan faktor non-spermatozoa, seperti kelainan seksual (gairah rendah, disfungsi ereksi, gangguan ejakulasi, kelainan bentuk anatomi penis, sehingga tidak bisa sanggama), atau pasutri yang jarang sanggama.
Jika memang tidak ditemukan sel sperma sama sekali, maka disebut azoospermia.
Suhu berpengaruh
Hal yang dapat mempengaruhi ketidaksuburan pada pria, menurut dr. Ponco Birowo, SpU, PhD, SpU(K), dari RS Asri, adalah gaya hidup yang tidak sehat. Selain itu, lanjutnya, adalah penggunaan steroid dan hormon yang tidak tepat.
Dijelaskan dr. Ponco, peningkatan suhu dapat mengganggu pembentukan spermatozoa. Pembentukan spermatozoa terjadi pada suhu 2 - 4°C lebih rendah dari suhu tubuh. “Kebiasaan merokok, minum alkohol, suka berendam di air panas, sauna, memangku laptop saat bekerja, sering memakai celana dalam ketat, menyebabkan peningkatan suhu testis,” kata dr. Ponco. Menurutnya, gaya hidup yang mempengaruhi infertilitas itu harus diubah.
Pembentukan spermatozoa sangat bergantung pada produksi testosteron oleh testis. Jika diberikan dari luar tubuh, maka testis akan berhenti menghasilkan testosteron alami tubuh. Dr. Nur menyatakan, kadar testosteron yang tinggi karena pemberian dalam bentuk obat minum atau suntikan akan merangsang mekanisme umpan balik yang menyebabkan kadar FSH (hormon yang memberi instruksi testis untuk membuat spermatozoa) akan menurun. Hal ini, lanjutnya, akan menghentikan produksi spermatozoa, baik bertahap ataupun total. Efek samping itu bisa berlangsung sementara atau bahkan permanen. Para pria yang menggunakan hormon untuk membesarkan otot-ototnya sebaiknya mempertimbangkan efek samping tersebut.