Kiat Berhaji Bagi Penderita Diabetes, Salah Satunya Jangan Lupa Selalu Sedia Permen dan Makanan Kecil

Moh. Habib Asyhad

Penulis

Intisari-Online.com – Menunaikan ibadah haji, wajib hukumnya bagi umat Islam yang mampu dari segi keimanan, keuangan, keamanan dalam perjalanan, dan tak kalah penting, kesehatan.

Dengan persiapan matang, penyandang diabetes pun bisa nyaman memenuhi panggilan menjadi tamu Allah di Mekah. Dr. Lathifah Sati dalam Intisari edisi Januari 2004 menuliskannya untuk Anda apa saja Kiat Berhaji bagi Penderita Diabetes.

Untuk menyongsong datangnya hari Raya Idul Adha para calon jemaah haji dari Indonesia pasti sudah mulai mempersiapkan diri untuk keberangkatan ke Tanah Suci. Bahkan, sudah ada yang meninggalkan Tanah Air.

Dalam menjalankan ibadah haji, ada beberapa rangkaian kegiatan yang memerlukan ketahanan fisik yang baik. Juga dibutuhkan tubuh yang kuat. Bagaimana dengan para penderita diabetes?

Baca juga: Perjalanan Haji pada 1800-an: Enam Bulan di Bawah Ancaman Kelaparan, Badai, Perompak, dan Wabah Penyakit

Diabetes bukan alangan bagi seorang Muslim untuk menunaikan ibadah haji. Yang penting, persiapan diri yang baik.

Kontrol gula darah

Diabetes mellitus adalah penyakit menahun yang ditandai oleh tingginya kadar gula (glukosa) dalam darah. Kadar gula darah yang tinggi bisa karena hormon insulin tubuh yang kurang atau kerja dari hormon ini yang terganggu, bisa juga karena kedua sebab itu.

Hormon insulin diperlukan tubuh dalam proses metabolisme glukosa. Bila jumlahnya kurang atau kerjanya terganggu, maka tidak semua zat gula dapat diolah dengan baik sesuai kebutuhan.

Akibatnya, terjadi penumpukan gula di dalam darah. Kadar gula darah pun meningkat.

Baca juga: Rezeki Tak Kemana, Walau Sering Tidak Dibayar Penumpangnya, Tukang Ojek Ini Tetap Bisa Naik Haji

Kadar gula terlalu tinggi kalau sudah melewati batas ambang ginjal dan sebagian gula itu akan keluar bersama kencing atau urine penderita. Tak heran di kalangan masyarakat awam penyakit ini dikenal sebagai penyakit kencing manis.

Penyakit ini memang tidak bisa sembuh, tapi dapat dikontrol untuk mencegah atau menunda timbulnya komplikasi kronis. Selain itu juga mencegah terjadinya komplikasi akut berupa hipoglikemi dan hiperglikemi.

Kedua keadaan itu termasuk keadaan gawat yang perlu pertolongan segera dan bisa mengancam jiwa.

Aktivitas tinggi

Padahal ibadah haji memerlukan ketahanan fisik prima. Untuk thawaf dan sa'I misalnya, seorang jemaah akan menempuh jarak 4 - 5 km. Makin jauh jarak dari Kabah saat thawaf, makin besar pula lingkaran yang harus dikitari.

Baca juga: Penghasilan Hanya Rp20 Ribu Sehari Tapi Bisa Naik Haji, Inilah Kisah 'Ajaib' 3 Tukang Becak Naik Haji

Berarti, makin jauh pula jarak yang harus ditempuh. Apalagi dalam suasana ramai dan padat, bisa saja seorang jemaah terdesak oleh jemaah lainnya.

Jarak pondokan jemaah dengan mesjid bisa mencapai 0,5 – 1 km, bahkan lebih. Kalau dalam sehari Anda pulang-pergi ke mesjid sebanyak 3 - 5 kali untuk salat berjamaah, bisa dihitung sendiri berapa jarak yang harus ditempuh.

Belum nanti saat pelaksanaan puncak ibadah haji, ketika Anda akan melontar jumrah di Mina. Jarak antara tempat melontar dan kemah jemaah sekitar 2,5 km, berarti pulang-pergi Anda akan berjalan 5 km.

Anda akan berada di Mina selama tiga hari untuk yang mengambil nafar awl atau empat hari untuk yang mengambil nafar tsani.

Baca juga: Kisah Safuan, Tukang Tambal Ban yang Berhasil Kumpulkan Uang untuk Dirinya dan Istrinya Berangkat Haji

Semua itu memerlukan tenaga ekstra melebihi tenaga yang biasa Anda keluarkan sehari-hari. Dengan pengerahan tenaga tambahan ini berarti diperlukan tambahan kalori dalam makanan.

Bagi penderita diabetes hal itu perlu diperhatikan. Jumlah kalori yang masuk dan keluar harus seimbang. Ini penting, agar Anda jangan sampai jatuh dalam keadaan hipoglikemi.

Hipoglikemi (keadaan di mana kadar gula dalam darah sangat rendah) dapat mengancam jiwa, bila tidak cepat tertolong. Keadaan itu dapat dikenali dari gejala-gejala yang timbul. Seperti keluar keringat dingin, tangan gemetar, rasa lapar, lemas, jantung berdebar-debar, seperti bingung, kesadaran menurun, sampai pingsan, terkadang disertai kejang.

Saat itu penderita diabetes harus segera mendapat pertolongan. Yang pertama, diberi air gula - selama penderita masih sadar dan bisa minum. Kemudian penderita mendapat makanan yang banyak mengandung karbohidrat, seperti roti atau nasi. Tujuannya, menjaga agar kadar gulanya tidak turun kembali.

Baca juga: Calon Jemaah Haji Dihimbau Tidak ‘Selfie’ Dengan Unta, Ini Alasannya

Penderita yang pingsan harus segera dibawa ke rumah sakit atau dimintakan bantuan dari pos kesehatan terdekat. Biasanya, ia akan mendapat suntikan glukosa 40% langsung ke dalam pembuluh darah vena.

Untuk mencegah kejadian itu, setiap penderita diabetes dianjurkan selalu membawa tablet gula atau permen. Tablet atau permen dapat digunakan segera sebagai pertolongan pertama bila timbul gejala hipoglikemi.

Ada beberapa keadaan yang menjadi penyebab hipoglikemi. Pertama, peningkatan aktivitas fisik yang banyak tanpa diikuti asupan makanan dalam jumlah yang seimbang atau cukup.

Kedua, jumlah makanan yang disantap kurang dari kebutuhan kalori yang dibutuhkan, sedangkan obat diabetes tetap diminum dalam dosis yang sama. Ketiga, terlambat makan.

Baca juga: Kisah Perjalanan Pertama Haji Indonesia Lewat Udara, Tarifnya 'Cuma' Rp16.691

Bagaimana mencegahnya? Berhubungan dengan diet, misalnya, dengan aktivitas sedang Anda mungkin hanya membutuhkan diet sekitar 1.700 Kalori per hari.

Pada saat melaksanakan ibadah haji dengan peningkatan aktivitas, yang berarti pengeluaran energinya jauh lebih besar, diet bisa menjadi 1.900 - 2.500 Kalori.

Komposisi makanannya tetap sama. Yakni karbohidrat 60 - 70% dari total kalori, protein 10 - 15% dari total kalori, lemak 20 - 25% dari total kalori.

Untuk karbohidrat bisa dipilih atau diganti-ganti sesuai dengan selera. Bisa nasi, mi, roti, ubi, kentang, atau makanan lain sejenis. Begitu pula protein, apakah ayam, ikan, daging, telur, atau tempe.

Baca juga: Mulai Tahun Ini Jemaah Haji yang Meninggal Sebelum Berangkat Bisa Digantikan Keluarga

Sayur dan buah sangat dianjurkan. Buah yang manis, seperti apel, pisang atau mangga – kalorinya dapat dihitung sebagai tambahan. Sebelum berangkat, sebaiknya Anda berkonsultasi dulu dengan dokter atau ahli gizi mengenai penataan porsi makanan itu.

Saat menjalankan ibadah haji, perlu diingat untuk makan pada waktunya. Jangan mengundur-undur waktu makan, sesibuk apa pun Anda, agar tidak mengalami hipoglikemia.

Makanlah dalam jumlah cukup dan bergizi, walau rasa makanan di sana mungkin kurang sesuai dengan lidah kita.

Fisik kuat didapat dari latihan dan perawatan yang baik. Maka, sejak sekarang, usahakanlah agar kadar gula darah Anda terkontrol baik. Caranya, dengan menjaga dan menata makanan sesuai kebutuhan, olahraga yang cukup dan teratur, serta makan obat sesuai petunjuk dokter.

Baca juga: Foto-foto Prosesi Ibadah Haji Zaman 'Doeloe', Serba Sederhana dan Tak Perlu Berdesak-desakan

Cadangan obat

Beri tahun teman sekamar atau seperjalanan kalau Anda penderita diabetes. Tujuannya agar mereka bisa membantu bila tiba-tiba Anda merasa lemas atau pingsan. Beri tahu juga gejala-gejala hipoglikemi dan pertolongan apa yang dapat mereka berikan.

Bila Anda memakai obat, bawalah obat dalam jumlah cukup untuk memenuhi kebutuhan selama berada di Arab Saudi dan di perjalanan. Hitung pula lama hari perjalanan yang harus ditempuh.

Lebih baik membawa obat dalam jumlah berlebih sebagai cadangan ekstra daripada nanti kekurangan. Alasannya, jadwal keberangkatan pesawat terkadang bisa berubah. Lagi pula mencari obat yang sama di Arab Saudi belum tentu semudah mencarinya di kota Anda.

Guna kelancaran pemeriksaan barang di bagian imigrasi Arab Saudi, mintalah surat keterangan dari dokter Anda. Isinya, penjelasan mengenai obat-obatan yang Anda bawa dan perlukan.

Baca juga: ‘Gagalnya’ Sri Sultan Hamengku Buwono IX Jadi Sultan Yogyakarta Pertama yang Pergi Naik Haji

Bagi yang memakai insulin, jangan lupa membawa jarum suntik. Perhatikan pula cara menyimpan obat dengan benar. Bawalah obat di tempat yang mudah dijangkau, misalnya tas jinjing. Demikian pula bila membawa glukometer (pemantau gula darah), agar dapat diambil dengan cepat jika sewaktu-waktu diperlukan.

Sepatu dan makanan kecil

Perbedaan cuaca merupakan tantangan lain. Iklim di Arab Saudi berbeda dengan di Indonesia. Pada musim dingin udara di sana sangat dingin. Suhu terendah bisa mencapai 2°C.

Musim dingin berlangsung mulai Januari - Maret. Jadi, setiap jemaah haji harus siap dengan pakaian tebal.

Penderita diabetes yang sudah mengalami komplikasi di kaki perlu berhati-hati. Suhu dingin dapat memperparah keadaan bila aliran darah di kaki mengalami gangguan. Kaki harus tetap dalam kehangatan suhu optimal. Jangan biarkan kaki Anda menderita karena dingin.

Baca juga: Duh, Gara-gara Arab Saudi Mulai Pungut PPN, Ongkos Umrah dan Haji Diprediksi akan Naik

Perhatikan pula, pemakaian sepatu. Kaki penderita diabetes rentan infeksi. Kulit pecah atau lecet kena sepatu dapat berkembang menjadi infeksi. Bila tidak ditangani dengan baik, dapat menimbulkan komplikasi lebih parah.

Pakailah sepatu yang sudah biasa dan nyaman dipergunakan. Ingat, Anda akan menempuh perjalanan cukup panjang. Anda akan berada dalam pesawat 8 - 1 2 jam.

Duduk dalam waktu lama dapat menghambat sirkulasi darah ke daerah kaki. Usahakan dalam jangka waktu tertentu Anda menggerak-gerakkan sendi kaki, meluruskan lutut, berjalan-jalan di lorong.

Di pesawat Anda akan mendapat jatah makan pagi, siang, atau malam sesuai jadwal keberangkatan kloter Anda. Namun, ada baiknya membawa bekal roti atau makanan kecil lain untuk pengganti kalau kebetulan makanan di pesawat tidak cocok dengan selera. Ini penting, agar Anda tidak mengalami hipoglikemi.

Baca juga: Jangan Buru-buru ke Pengobatan Mahal, Ternyata Daun Jambu Biji pun Bisa Membantu Penderita Diabetes

Makanan kecil dan minuman juga bermanfaat saat Anda sedang menunggu di ruang pemeriksaan imigrasi Arab Saudi. Pemeriksaan dokumen bisa berlangsung cepat, tapi bisa juga cukup lama tergantung jumlah jemaah yang datang saat itu.

Kalau cepat, pemeriksaan bisa 1 - 2 jam. Kalau lama, bisa sampai 5 jam. Di ruang tunggu pemeriksaan tidak ada kantin untuk berbelanja, Anda juga tidak bisa keluar sebelum pemeriksaan selesai.

Perjalanan menuju Arab Saudi adalah perjalanan menuju arah barat. Waktu Arab Saudi (WAS) berselisih 4 jam dengan WIB, dan 6 jam dengan WIT. Kalau pesawat Anda mendarat pagi hari saat Matahari baru terbit sekitar pukul 06.00 WAS, berarti waktu di Indonesia sudah pukul 10.00.

Anda perlu memperhatikan perubahan ini untuk menata jadwal makan yang sesuai. Selisih waktu 4 jam dapat diselingi dengan makanan kecil sebelum jatah waktu makan pagi datang.

Jangan sampai ada waktu makan yang terlewati atau jarak waktu makan yang terlalu panjang. Jangan sampai gula darah Anda turun terlalu rendah.

Dengan persiapan matang dan pelaksanaan yang tertib, insya Allah semua berjalan lancar.

Selamat berhaji.

Baca juga: Buah Jamblang atau Duwet yang Langka Ternyata Baik untuk Kesehatan Gigi dan Gusi juga Penderita Diabetes

Artikel Terkait